Harga Bitcoin Sempat Terbang Tapi Turun Lagi: Manipulasi Pasar atau Sinyal Positif?
Harga Bitcoin sempat naik ke harga Rp471 jutaan per koin. (Foto; Dok. Pixabay)

Bagikan:

Jakarta - Pasar cryptocurrency baru-baru ini dihebohkan oleh lonjakan harga Bitcoin yang tiba-tiba. Lonjakan ini terjadi seiring dengan munculnya  berita palsu mengenai persetujuan ETF Bitcoin spot iShares oleh Blackrock.

Harga Bitcoin tiba-tiba melonjak hingga 30.000 dolar AS (Rp471 jutaan), kondisi ini telah menarik perhatian dari kalangan investor. Namun, kebahagiaan tersebut berubah menjadi kekecewaan setelah Blackrock dengan tegas membantah rumor tersebut. Akibatnya, harga Bitcoin pun turun kembali ke 28.100 dolar AS (Rp442 juta) dalam waktu singkat.

Kejadian ini, yang berdampak pada likuidasi besar-besaran di pasar cryptocurrency, menuai kritik dari banyak ahli. Mereka khawatir bahwa tujuan utama dari insiden ini adalah untuk memanipulasi pasar demi kepentingan sekelompok kecil individu.

Gareth Soloway, seorang analis cryptocurrency terkemuka, mengamati situasi ini dan menyebutnya sebagai "pump and dump" ketika memberikan pendapatnya pada hari Selasa. Soloway meyakini bahwa pergerakan harga drastis seperti ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya upaya sengaja dalam menyebarkan informasi palsu demi keuntungan pribadi.

Soloway juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi ini dan mempertimbangkan perlunya badan regulasi, seperti SEC, untuk mengawasi pasar cryptocurrency. Dia menyatakan bahwa, "Pasar cryptocurrency memerlukan pemantauan yang ketat... SEC harus melakukan penyelidikan untuk mengungkap siapa yang memainkan peran besar di balik lonjakan harga Bitcoin."

Meskipun insiden "pump and dump" telah menciptakan kekacauan di pasar, Soloway juga mencatat bahwa grafik harga Bitcoin sebelumnya menunjukkan sinyal positif. Meskipun dia tidak memberikan target harga yang pasti, ia melihat adanya potensi kenaikan harga.

Sementara itu, Cointelegraph, sumber berita yang awalnya melaporkan informasi palsu ini, menghapus artikel tersebut dan meminta maaf atas kesalahpahaman ini. Kristina Lucrezia, Pemimpin Redaksi CoinTelegraph, mengungkapkan penyesalannya atas kejadian ini dan mengatakan, "Ini adalah bencana dan contoh yang tidak boleh terulang."