Kesaksian Caroline Ellison dalam Kasus FTX: Alameda Research Suap Pejabat China Sebesar Rp2,3 Triliun
Caroline Ellison, mantan CEO Alameda Research berjalan keluar ruang sidang. (Foto; Dok. Robots)

Bagikan:

JAKARTA - Dalam perkembangan terbaru mengenai kasus FTX yang melibatkan petinggi perusahaan, kesaksian Caroline Ellison baru-baru ini mengungkapkan bahwa Alameda Research diyakini telah membayar 150 juta dolar AS (Rp2,3 triliun) kepada pejabat China untuk membuka akun senilai lebih dari  1 miliar dolar AS  (Rp15,7 triliun). Narasi ini kian menguat ketika mantan co-CEO, Sam Trabucco, tampaknya menghilang dari pandangan publik setelah kejatuhan FTX.

Meskipun Sam Bankman-Fried (SBF) tidak menghadapi tuduhan penyuapan, mengingat intervensi Bahama, jaksa federal memastikan kasus ini menjadi topik utama selama kesaksian Caroline Ellison pada Rabu, 11 Oktober.

Ellison menceritakan bahwa pada tahun 2020, pejabat China membekukan rekening senilai total  1 miliar dolar AS  (Rp15,7 triliun). Pada November 2021, tim tersebut diduga meminta bantuan David Ma, seorang kolega yang memiliki "koneksi" di China, untuk mendapatkan bimbingan menghadapi masalah yang mereka hadapi. Hebatnya, Ma berhasil mencairkan dana tersebut.

Sayangnya, upaya tersebut tidak berjalan mulus. Pimpinan FTX awalnya mencoba taktik yang berbeda: memanfaatkan rekening yang terkait dengan prostitusi Thailand. Ketika rencana ini gagal, masalah suap menyuap menjadi pusat perhatian, dengan Trabucco sebagai co-CEO saat itu.

Dalam kesaksiannya, Ellison menyatakan bahwa ia melakukan transaksi suap setelah mendapat arahan dari Bankman-Fried dan Trabucco dalam sebuah obrolan di aplikasi perpesanan Signal. Hal ini menandai keterkaitan Trabucco dengan dugaan pelanggaran selama persidangan.

Sejak runtuhnya FTX pada November 2022, Trabucco tetap bungkam. Menambah intrik, kapal pesiar mewahnya baru-baru ini muncul dalam diskusi kebangkrutan FTX, di mana Bankman-Fried menyarankan agar Trabucco diam-diam berhenti.

Tidak berhenti sampai di situ saja, Ellison juga menyoroti perbedaan pendapat dari seorang mantan trader Alameda, yang dikenal sebagai "Handi," yang menyatakan kegelisahannya atas dugaan suap.

Ketika Handi menceritakan hal ini kepada Ellison dan dia mengatakan kepada bosnya, balasan yang diduga dari SBF berupa: "tutup mulutmu." Meskipun hakim mengizinkan kesaksian ini, juri diingatkan bahwa ini bukanlah dakwaan resmi.

Ellison juga menyebutkan adanya dokumentasi dugaan suap dalam sebuah buku besar berjudul "Negara Bagian Alameda." Ia menegaskan bahwa SBF menyarankannya untuk menuliskannya secara ambigu untuk menghindari implikasi langsung, yang mengisyaratkan potensi dampaknya di pengadilan.

Dokumentasi tersebut menggambarkan etos Bankman-Fried, Ellison menyebutnya sebagai seorang "utilitarian," dan mencatat bahwa nilai-nilai inti seperti "jangan berbohong" dan "jangan mencuri" tidak sejalan dengan kerangka kerjanya. Ellison bersaksi bahwa ia menerima bonus dari pekerjaannya sebesar  20 juta dolar AS  (Rp314 miliar), dan meminjamkan  100.000 dolar AS  (Rp1,5 miliar) kepada salah satu orang tuanya.

Munculnya nama Trabucco di persidangan, yang diduga terkait dengan rumor penyuapan para pejabat China, kini nasib Trabucco berada di ujung tanduk. Meskipun empat pejabat tinggi telah memperpanjang kerja sama mereka dengan pihak penuntut, masih ada misteri yang menyelimuti keterlibatan Trabucco.

Rumor yang beredar mengatakan bahwa ia mungkin menghindari sorotan publik, dan memilih tinggal di kapal pesiar mewahnya yang dijuluki "Soak My Deck."