JAKARTA - Secara umum, penjahat dunia maya tidak menargetkan secara khusus siapa yang akan mereka serang. Seluruh sektor industri, baik itu industri berskala besar maupun kecil.
Tapi saat ini, UMKM adalah salah satu jenis usaha yang sedang mengalami pertumbuhan dan persaingan yang masif di Indonesia. Kehadiran pandemi COVID-19 yang mengharuskan semua orang untuk tetap di rumah kemudian memaksa UMKM bertransformasi digital.
Hal ini menyebabkan banyak tantangan, salah satunya adalah penerapan sistem keamanan siber yang kuat. Menurut laporan Palo Alto Networks State of Cybersecurity 2023, bisnis dengan skala yang lebih kecil memiliki kekurangan kepercayaan diri (81%) dalam menghadapi tantangan keamanan siber.
Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan oleh anggaran keamanan siber yang terbatas dan juga talenta internal bisnis UMKM yang relatif lebih lemah daripada bisnis berskala besar.
"Seiring dengan meningkatnya ketergantungan mereka pada platform digital, kendala keuangan memaksa perusahaan rintisan untuk mengandalkan solusi keamanan siber kuno yang tidak memadai untuk menghadapi ancaman siber yang berkembang pesat," jelas Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks kepada VOI beberapa waktu lalu.
Adi juga menyebutkan beberapa alasan lain mengapa UMKM di Indonesia mungkin tidak percaya diri dengan strategi keamanan siber mereka, seperti:
Sumber Daya Terbatas: Hal ini dapat mengakibatkan infrastruktur keamanan yang tidak memadai, kurangnya personel terlatih, dan sistem perangkat lunak yang sudah ketinggalan zaman, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap ancaman siber.
BACA JUGA:
Kurangnya Kesadaran: Banyak UMKM yang mungkin meremehkan pentingnya keamanan siber. Kurangnya kesadaran ini dapat menyebabkan rasa puas diri dan kegagalan untuk memprioritaskan langkah-langkah keamanan siber.
Kompleksitas Keamanan Siber: UMKM mungkin merasa kesulitan dalam menavigasi lanskap keamanan siber yang kompleks, termasuk memahami berbagai ancaman, memilih solusi keamanan yang tepat, dan mengikuti perkembangan teknologi.
Pertimbangan Biaya: Berinvestasi dalam tindakan keamanan siber bisa jadi mahal bagi UMKM. Pertimbangan biaya ini dapat menyebabkan keengganan untuk mengalokasikan sumber daya untuk keamanan siber.
Kurangnya Kepatuhan terhadap Peraturan: Kurangnya kesadaran dan ketidakpatuhan terhadap peraturan keamanan siber ini dapat membuat mereka terpapar pada risiko hukum dan keuangan, yang selanjutnya merusak kepercayaan diri mereka terhadap strategi keamanan siber.