Bagikan:

JAKARTA - Solusi keamanan siber Kaspersky telah  mendeteksi sebanyak 57.571 serangan ransomware dari Januari hingga Juni 2024 yang menargetkan bisnis di Asia Tenggara (SEA).

Menurut Kaspersky, Asia Tenggara menjadi sasaran empuk para penjahat siber karena ekonomi digital yang berkembang serta lokasi geografis dan sumber daya sebagai pusat regional untuk keuangan dan teknologi. 

Selain itu, berbagai tingkat infrastruktur keamanan siber juga menjadi alasan mengapa kawasan ini tetap menjadi hotspot untuk serangan ransomware, terutama dalam menargetkan organisasi besar dan UMKM. 

“Secara umum, penjahat siber, termasuk kelompok ransomware, mengincar infrastruktur penting dan sektor rentan seperti keuangan, layanan publik, manufaktur, dan perawatan kesehatan. Pada dasarnya, mereka adalah oportunis yang mengincar target yang memiliki banyak uang,” kata Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Penargetan ransomware untuk bisnis di Asia Tenggara tertinggi terjadi di Indonesia dengan 32.803 insiden yang diblokir oleh Kaspersky. Diikuti oleh Filipina dengan 15.208 serangan ransomware dan Thailand dengan 4.841 kasus.

Kemudian, Malaysia berada di posisi keempat dengan 3.920 serangan berbahaya, diikuti oleh Vietnam dengan 692 serangan, dan Singapura dengan 107 serangan.

“Dampak serangan ransomware bisa sangat menghancurkan, baik secara finansial maupun reputasi,” imbuh Hia. 

Hia mengatakan organisasi tidak hanya membutuhkan sumber daya dalam jumlah besar untuk mengatasi dampaknya. “Ini bukanlah pilihan, terutama bagi penyedia infrastruktur dan layanan penting,” pungkasnya.