Bagikan:

JAKARTA - Indonesia mulai memasuki babak baru teknologi informasi. Kehadiran teknologi baru seperti 5G, komputasi awan, Internet of Things (IoT), dan big data, membuat batas-batas keamanan informasi jaringan terus melemah.

Akibatnya, konten perlindungan keamanan terus meningkat, sehingga teknologi baru ini dapat menimbulkan tantangan besar bagi keamanan data dan informasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

"Memang, sebagian besar bisnis di Indonesia mengaku sedang mengerjakan strategi 5G (88%), tetapi mereka khawatir tentang pengamanan data 5G dan lapisan aplikasi," kata Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks kepada VOI melalui pernyataan tertulisnya.

Menurut Adi, kesuksesan pengimplementasian 5G di Indonesia membutuhkan perhatian yang cermat terhadap langkah-langkah keamanan dan perlindungan data itu sendiri. 

"Organisasi dan badan pengatur harus menetapkan strategi komprehensif untuk perlindungan data, manajemen akses, dan enkripsi untuk mengurangi potensi risiko," tambahnya.

Saat ini, Adi melihat bahwa mayoritas operator telekomunikasi masih belum menunjukkan urgensi terhadap penerapan teknologi 5G. Hal ini kemungkinan terjadi mengingat masih rendahnya adopsi 5G di Indonesia. 

"International Data Corporation (IDC) menemukan bahwa pangsa pasar ponsel 4G di Indonesia meningkat pada kuartal kedua tahun 2023, dari 82 persen pada kuartal pertama menjadi 86 persen. Rendahnya adopsi 5G, menurut IDC, juga membuat operator telekomunikasi berhati-hati untuk berinvestasi pada teknologi ini, sebagian karena biaya dan profitabilitas," jelasnya lebih lanjut.

Adi juga sempat menyinggung tentang tantangan utama dari adopsi teknologi 5G adalah sulitnya mengontrol informasi, dikarenakan transmisi informasi semakin cepat.

Untuk itu, semakin banyak orang yang mendapatkan akses internet, memprioritaskan langkah-langkah keamanan siber menjadi sangat penting, terutama dalam berinvestasi pada keamanan data pribadi dan melindungi dari ancaman siber yang terus berkembang.

Menurutnya, edukasi memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran tentang ancaman dunia maya dan mempromosikan perilaku online yang aman.

"Kerangka kerja keamanan siber yang kuat, termasuk protokol enkripsi yang kuat, edukasi pengguna tentang keamanan online, dan pertahanan jaringan yang diperkaya, sangat penting untuk memitigasi potensi risiko, sehingga dapat mempercepat infrastruktur digital di negara ini," pungkasnya.