Bagikan:

JAKARTA - Seorang jurnalis terkemuka asal Rusiia, baru-baru mengalami serangan pada ponselnya menggunakan spyware Israel. Hal ini dikatakan  para peneliti pada  Rabu, 13 September, yang merupakan tanda terbaru bahwa alat peretasan ponsel digunakan untuk memata-matai pekerja media dan tokoh oposisi di seluruh dunia.

Investigasi bersama oleh badan pengawas internet Kanada, Citizen Lab, dan kelompok hak digital Access Now menemukan bahwa ponsel Galina Timchenko telah terinfeksi menggunakan spyware yang dibuat oleh perusahaan Israel, NSO Group. "Infeksi dimulai pada atau sekitar tanggal 10 Februari 2023," kata para peneliti, dikutip Reuters. Mereka tidak mengidentifikasi siapa yang mungkin telah melakukannya.

"Timchenko, yang merupakan salah satu pendiri dan penerbit situs berita independen Rusia, Meduza, berada di Berlin saat terjadi peretasan," kata para peneliti.

Kelompok-kelompok pertahanan media mengutuk pengawasan yang diduga, dengan Komite untuk Melindungi Jurnalis mengatakan "jurnalis dan sumber-sumber mereka tidak bebas dan aman jika mereka diawasi."

Timchenko dikutip dalam sebuah berita yang diterbitkan oleh Meduza pada  Rabu lalu mengatakan bahwa peretasan membuatnya merasa "seakan-akan saya telah digunduli telanjang di tengah kota."

Dalam sebuah email, NSO mengatakan bahwa mereka "selalu menyelidiki tuduhan penggunaan yang dapat dipercaya." Perusahaan tidak mengatakan apakah penyelidikan telah dibuka dalam kasus ini, atau memberikan contoh penyelidikan yang pernah mereka lakukan di masa lalu.

Para peneliti, legislator, dan jurnalis telah berkali-kali menuduh NSO membantu pemerintah memata-matai lawan politik dan menghancurkan pelaporan independen. Pada tahun 2021, perusahaan ini dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh pemerintah AS atas alasan hak asasi manusia.

Timchenko adalah korban yang sangat terkenal. Sebagai salah satu pilar dalam dunia media independen Rusia, dia mendirikan Meduza di Latvia setelah dipecat dari jabatan editor di salah satu situs berita Rusia yang paling populer karena melanggar peraturan pemerintah. Situs tersebut sejak itu menjadi sumber berita yang terkenal di tengah invasi Rusia ke Ukraina.