Bagikan:

JAKARTA - Mustafa Suleyman, salah satu pendiri Google DeepMind, mengatakan kepada Financial Times pada Jumat 1 Sepetmber  bahwa Amerika Serikat seharusnya memungkinkan penggunaan chip kecerdasan buatan (AI) Nvidia hanya bagi pembeli yang setuju untuk menggunakan teknologi tersebut secara etis.

Menurut Suleyman, AS seharusnya menerapkan standar global minimum untuk penggunaan AI, dan perusahaan setidaknya harus setuju untuk mematuhi komitmen yang sama yang telah dibuat oleh perusahaan-perusahaan AI terkemuka kepada Gedung Putih.

Pada Juli lalu, perusahaan-perusahaan AI termasuk OpenAI, Alphabet, dan Meta Platforms membuat komitmen sukarela kepada Gedung Putih untuk menerapkan langkah-langkah seperti memberi watermark pada konten yang dihasilkan oleh AI untuk membantu menjadikan teknologi ini lebih aman.

"Saya berpendapat AS seharusnya mengharuskan setiap konsumen chip Nvidia untuk setidaknya menandatangani komitmen sukarela tersebut - bahkan mungkin lebih dari itu," kata Suleyman, dikutip Reuters.

AS telah memperluas pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan Nvidia dan Advanced Micro Devices (AMD) yang canggih ke luar China, termasuk beberapa negara di Timur Tengah.

Mustafa Suleyman juga merupakan CEO dari Inflection AI, sebuah startup AI yang didukung oleh Microsoft dan berhasil mengumpulkan 1,3 miliar dolar AS (Rp19,6 triliun) pada bulan Juni dari Nvidia dan perusahaan lainnya.

Pada bulan Mei, Inflection merilis chatbot AI bernama Pi yang menggunakan teknologi generative AI untuk berinteraksi dengan pengguna melalui percakapan, di mana orang dapat mengajukan pertanyaan dan berbagi minat.

Para eksekutif dan ahli telah mendesak pengembang AI untuk bekerja sama dengan pembuat kebijakan dalam hal tata kelola dan otoritas regulasi.