Bagikan:

JAKARTA - Baru-baru ini, dompet mata uang kripto yang terhubung dengan 1inch Investment Fund telah melakukan pembelian besar-besaran Ethereum (ETH) dengan nilai sekitar 10 juta dolar AS (Rp152 miliar).

Pihak ini, yang dikenal karena membuat keputusan cerdas, membeli 6.088 ETH di harga 1.655 dolar AS (Rp25 jutaan). Langkah ini merupakan kelanjutan dari pembelian sebelumnya dengan metode dollar-cost-averaging (DCA) pada kuartal pertama tahun 2023.

Pada 28 Agustus 2023, platform analitik blockchain Lookonchain, yang memiliki reputasi dalam melacak transaksi besar, melaporkan transaksi ini melalui platform X (dulu dikenal sebagai Twitter). Tindakan ini terjadi sekitar 6 jam sebelumnya, ketika dompet 1inch Investment Fund menggunakan 10 juta dolar AS (Rp152 miliar) untuk membeli 6.088 ETH.

Jika melihat sejarah transaksi yang ada dalam dompet, kita dapat melihat pola pembelian dan penjualan Ether. Tanggal 13 Januari, 9 Februari, dan 14 Maret lalu, dompet ini membeli total 17.000 ETH dengan harga rata-rata 1.569 dolar AS (Rp23,9 jutaan), dengan total nilai sekitar 26 juta dolar AS (Rp396 miliar). Pendekatan ini didasarkan pada strategi matang untuk memanfaatkan perubahan dalam pasar.

Namun, hal yang mengejutkan terjadi pada tanggal 5 Juli, ketika dompet ini melakukan penjualan besar. Dompet 1inch Investment Fund menjual 11.000 ETH dengan harga 1.906 dolar AS (Rp29.100.808 juta) per ETH, menghasilkan keuntungan signifikan sekitar 3,7 juta dolar AS (Rp56,5 miliar). Ini menunjukkan bahwa dompet tersebut mampu meraih keuntungan bahkan saat pasar sedang anjlok.

Dompet ini memiliki sejumlah besar ETH dan mata uang kripto lainnya yang mencapai total nilai sekitar 80 juta dolar AS (Rp1,2 triliun). Kehadiran dan aktivitas dompet ini terus diawasi oleh para ahli pasar dan penggemar kripto, karena dapat memberikan petunjuk tentang tren pasar yang lebih luas.

Sementara itu, Ethereum senilai 41 juta dolar AS (Rp625 miliar) telah dilepas oleh seorang "paus kripto". Selain itu, 1inch Investment Fund bukanlah satu-satunya yang mendapat keuntungan dari lonjakan harga Ether bulan lalu.

Tidak lama setelah penjualan 11.000 Ether pada tanggal 5 Juli, dompet lain yang dikaitkan dengan "paus kripto" melakukan penjualan besar-besaran, yaitu ETH senilai 41 juta dolar AS atau Rp625 miliar, sebelum pasar mengalami penurunan.

Trader kripto tersebut memasukkan 22.341 ETH di awal bulan ini dan kemudian mengambil sejumlah besar dana, yakni sekitar Rp625 miliar, dari Binance, bursa terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Meskipun mengalami kerugian sekitar 1,7 juta dolar AS (Rp25,9 miliar), ia berhasil menyelamatkan sekitar 5 juta dolar AS (Rp76,3 miliar) yang seharusnya dapat hilang akibat kerugian.

Tahun lalu, Fenix International, induk dari platform berlangganan OnlyFans, juga terlibat dalam dunia kripto. Perusahaan ini menginvestasikan sekitar 20 juta dolar AS (Rp305 miliar) dalam Ethereum antara tahun 2021 dan 2022. Sayangnya, nilai investasi ini turun menjadi sekitar 8,5 juta dolar AS (Rp129,7 miliar) pada akhir November 2022, terdampak oleh "musim dingin kripto" yang melanda industri cryptocurrency pada tahun tersebut.

Meskipun saat ini kondisi pasar sedikit membaik sejak posisi terendah tahun lalu, namun pasar masih jauh dari puncak yang terlihat selama tren bullish pada tahun 2021.