JAKARTA - Dalam Conversa 3.0, konferensi tahunan yang diadakan oleh Qiscus beberapa waktu lalu, RevComm berbagi wawasan tentang hybrid intelligence, yakni kolaborasi antara manusia dan artificial intelligence (AI) dalam mendorong produktivitas bisnis.
Menurut Andy Gozali, Country Head RevComm Indonesia, hybrid intelligence berbeda dengan traditional AI yang bekerja untuk mengoptimasi seluruh proses bisnis. Di mana hybrid intelligence ini mengunggulkan manusia dalam memberikan input dan membuat berbagi keputusan dari data analitik yang dihasilkan.
"Oleh karena itu, dengan hybrid intelligence, AI tidak menggantikan manusia, melainkan meningkatkan kapabilitas manusia dalam melakukan pekerjaan dengan lebih efisien dan produktif," jelas Andy dalam pernyataannya.
Di sistem telepon pintarnya sendiri, MiiTel, RevComm telah menerapkan teknologi hybrid intelligence. Di mana tools hybrid intelligence ini mampu memecahkan masalah black box dalam industri call center, kondisi ketika perusahaan tidak dapat mengetahui bagaimana percakapan antara agen dan pelanggan dilakukan dalam panggilan.
BACA JUGA:
"Terlebih lagi, divisi call center dalam suatu perusahaan kerap memiliki agen yang menjadi top performer dan juga low performer. Sulit bagi perusahaan untuk mengetahui apa yang menyebabkan adanya kesenjangan tersebut," tambah Andy.
Nah, dengan memanfaatkan AI, MiiTel menyediakan key metrics yang dapat menganalisis percakapan, seperti durasi panggilan, persentase porsi bicara antara agen dan pelanggan, emotion analytics, lama durasi diam dalam panggilan, dan berbagai metriks lainnya yang dapat menjadi acuan evaluasi.
Terakhir, RevComm berkomitmen untuk terus mengedukasi tentang peranan AI sebagai solusi teknologi terdepan yang mampu mendukung manusia dalam meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan bisnis.