YOGYAKARTA – Salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam mengurangi sekaligus menanggulangi polusi udara yang terjadi di wilayah perkotaan Jabodetabek adalah dengan modifikasi cuaca. Lalu, bagaimana sebenarnya proses modifikasi cuaca?
Proses Modifikasi Cuaca
Dikutip dari situs Indonesia Baik, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah teknologi yang digunakan untuk mencegah atau membuat hujan. Fungsi TMC secara umum dipakai untuk mengendalikan cuaca dan bencana seperti mengatasi kekeringan, pengisian waduk, mencegah banjir, dan sebagainya.
Dikutip dari situs resmi BPPT, di Indonesia, penggunaan TMC dipakai di beberapa cara berskala nasional misalnya pada Sea Games tahun 2011 yang digelar di Provinsi Sumatera Selatan, selain itu dilakukan pula saat Kegiatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, Pengurangan curah hujan di area proyek Pembangunan Jalan Tol Samarinda-Balikpapan Tahun 2018, dan masih banyak lagi.
Proses modifikasi cuaca sendiri tidak bisa dilakukan secara langsung. Harus dilakukan sejumlah pengamatan dengan mempertimbangkan banyak hal. Secara garis besar, proses modifikasi cuaca harus mempertimbangkan beberapa hal berikut ini.
- Awan Hujan
Salah satu yang paling penting dalam proses modifikasi cuaca adalah keberdaan awan hujan atau awan yang potensial menurunkan hujan. Artinya tidak semua awan dapat menurunkan hujan. Dalam proses modifikasi, awan yang digunakan adalah jenis cumulus. Pencarian keberadaan awan dilakukan dengan memanfaatkan RADAR.
- Penaburan Garam dengan Pesawat
Jika awan telah di temukan, maka penaburan garam bisa mulai dilakuan ke awan potensial. Penaburan garam sendiri dilakukan dengan menggunakan pesawat terbang. Jumlah garam yang ditaburkan di atas bibit awan tergantung kebutuhan, biasanya mencapai ratusan kilogram bahkan hingga mencapai ton. Garam yang ditabur juga berbentuk super fine powder atau bubuk yang sangat halus.
Garam halus biasanya akan diletakkan di tong berbentuk corong yang terhubung ke bagian paling belakang pesawat. Setiap tong punya kapasitas hingga ratusan kilogram garam. Pilot akan terbang ke wilayah lembab di area atmosfer. Ketinggian pesawat biasanya mencapai 10. 000 hingga 11.000 kaki.
Pesawat yang digunakan pun biasanya pesawat kecil seperti Cessna atau Beechcraft King Air. Pilot akan terbang ke awan kumulonimbus atau awan kumulus yang bentuknya halus. Awan tersebut nantinya akan berkembang jadi badai petir.
VOIR éGALEMENT:
Saat pesawat di awan, pilot akan mengaktifkan dan menembakkan suar yang sebelumnya dipasang di bagian pesawat. Penembakan suar melepaskan asap dan senawa garam ke udara yang menarik uap air di awan agar menjadi tetesan air.
Tetesan tersebut akan semakin besar dan setelah berat akan jatuh menjadi hujan. Penyemaian menggunakan garam sendiri memakan waktu tiga sampai empat jam. Suar yang ditembakkan pun bisa mencapai puluhan buah. Jika garam dan asap yang disuntik ke udara makin banyak, maka semakin besar pula peluang hujan tercipta.
Hujan juga tidak akan langsung terjadi setelah penyemaian garam, biasanya membutuhkan beberapa waktu lebih dulu, tergantung dari cuaca dan awan. Jika awan yang disemai telah pekat maka hujan akan semakin cepat turun.
Itulah informasi terkait proses modifikasi cuaca. Kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.