Garam Menjadi Bahan Modifikasi Cuaca, Begini Penjelasan Ilmiahnya
Garam Menjadi Bahan Modifikasi Cuaca (Gambar Jason Tuinstra - Unsplash)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Tengah beredar berita Pemerintah akan menanggulangi cuaca ekstrim dengan garam, lah garam menjadi bahan modifikasi cuaca apakah bisa?

Hal ini benar terjadi, pasalnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan TNI Angkatan Udara (AU) menjalankan teknologi modifikasi cuaca (TMC).  Sistem teknologi modifikasi cuaca (TMC) dikerjakan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Jakarta dan sekitarnya. 

Sebelumnya, cara ini dijadwalkan dikerjakan pada 25 Desember 2022 sampai 3 Januari 2022. Dalam pengerjaannya, teknologi modifikasi cuaca (TMC) melibatkan dua pesawat tipe Cassa Nc-212 Seri 200.  

Pesawat itu ditugaskan untuk menyemai garam di langit-langit Jakarta dan Jawa Barat.  Lalu, apa yang dimaksud dengan teknologi modifikasi cuaca? 

Garam Menjadi Bahan Modifikasi Cuaca

Melansir dari Sentra Penelitian Limnologi LIPI, teknologi modifikasi cuaca yaitu usaha campur tangan manusia dalam membatasi sumber energi air di atmosfir dengan memanfaatkan parameter cuaca.  

Tujuannya untuk memodifikasi cuaca. Biasanya, dapat dikerjakan supaya meningkatkan intensitas curah hujan di suatu lokasi (rain enhancement). 

Sebaliknya, teknologi modifikasi cuaca juga dapat dikerjakan untuk mengurangi intensitas hujan (rain reduction).  Dalam konteks pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, cara ini menjadi salah satu solusi yang dapat dipercaya. 

Khususnya untuk mengurangi kerugian yang dimunculkan oleh musibah yang disebabkan karena elemen iklim dan cuaca.  Karenanya tidak heran kalau teknologi ini dipakai untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Jakarta dan sekitarnya. 

Sistem kerja teknologi modifikasi cuaca  

Selama ini, teknologi modifikasi cuaca dikerjakan memakai pesawat. Dikutip dari situs Kemenkeu, pesawat itu akan mengantarkan bahan semai berupa garam atau NaCl ke awan lewat udara.  Pesawat akan membawa ratusan kilogram bahan semaian garam dalam sekali terbang. 

Kemudian, pesawat akan menyebarkan bahan semaian secara manual sesuai dengan koordinat yang diatur. Tapi, cara seperti ini bukan menjadi sistem satu-satunya.  Terbukti, ada sistem lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan. 

Dalam sebagian tahun terakhir, para peneliti sudah memaksimalkan cara penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, yaitu dengan memakai wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk cara statis. 

Kedua cara ini memiliki prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan. Prinsip kerjanya yakni dengan memanfaatkan eksistensi awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai sasarannya.  Tidak heran, sistem GBG dan Pohon Flare umumnya diterapkan di kawasan yang memiliki topografi pegunungan. 

Pengaplikasian teknologi modifikasi cuaca  

Pengaplikasian cara teknologi modifikasi cuaca kerap kali dikerjakan di Indonesia. Sebelumnya, pada pagelaran MotoGP Mandalika 2022, sistem ini juga dipakai. Ketika itu, operasi TMC di Mandalika memakai 1 unit armada pesawat Casa 212-200 dari Skadron 4 TNI AU Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.  Komando operasi diatur oleh M. Djazim Syaifullah, staff pelaksana dari Lab Pengelolaan TMC yang ditunjuk sebagai Koordinator Lapangan untuk Operasi TMC di Mandalika. 

Kini, giliran dua pesawat tipe Cassa NC-212 Seri 200 yang diterbangkan untuk menyebar bahan semaian garam di langit Jakarta dan Jawa Barat. Kedua pesawat itu mempunyai nomor pendaftaran A-2108 dan A-2104. Adapun penerbang yang ditugaskana dalah Kapten Pnb Idhan Abidin dan Mayor Pnb Syamsu Alam.  

Masing-masing pesawat sanggup membawa 800 kilogram bahan semai garam dan menyebarkannya secara manual. Sampai Selasa (27/12/2022), sudah dikerjakan tujuh sorties penerbangan dengan 5.600 kilogram garam yang sudah disemai.

Jadi setelah mengetahui garam menjadi bahan modifikasi cuaca, simak berita menarik lainnya di VOI, saatnya merevolusi pemberitaan!