Bagikan:

JAKARTA - Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) diklaim akan menunda produksi di pabrik chipset anyarnya Arizona, Amerika Serikat (AS), hingga 2025.

Keputusan TSMC ini diklaim mengecewakan rencana Presiden AS Joe Biden untuk membawa banyak produksi chip ke negaranya tersebut.

Bos TSMC, Mark Liu menyatakan alasan dibalik penundaan ini karena perusahaan tengah menghadapi kekurangan pekerja dengan keahlian khusus yang diperlukan untuk pemasangan peralatan di fasilitas kelas semikonduktor.

Liu menambahkan, perusahaan saat ini sedang bekerja untuk memperbaiki situasi, termasuk mengirim teknisi berpengalaman dari Taiwan untuk melatih pekerja terampil lokal (di AS) dalam waktu singkat.

Pada Desember tahun lalu, Liu mengucapkan yang pertama dari dua fasilitas produksi semikonduktor TSMC di pabrik Arizona akan beroperasi pada 2024 dengan membuat chip 5 nanometer (nm). Keduanya akan beroperasi pada 2026.

Pada saat yang sama, perusahaan akan melipatgandakan investasinya dalam proyek tersebut menjadi 40 miliar dolar AS, menandai salah satu investasi asing terbesar dalam sejarah AS.

Dalam laporan pendapatan pekan lalu, Liu juga memperkirakan penurunan penjualan sebesar 10 persen tahun ini, karena permintaan semikonduktor yang lebih lambat.

Meski Apple telah mengatakan rencananya untuk menggunakan chip komputer yang dibangun di fasilitas Arizona TSMC.

Diungkapkan Liu, keuntungan perusahaan turun sekitar 23 persen menjadi 5,8 miliar dolar AS dalam tiga bulan hingga akhir Juni, dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.

Sebagai informasi yang dihimpun dari CNBC Internasional, Senin, 24 Juli, Negeri Paman Sam itu telah mulai berinvestasi guna membawa manufaktur semikonduktor kembali ke sana, termasuk melalui pendanaan CHIPS dan Science Act bernilai miliaran dolar untuk pengembangan turbocharge.

Investasi tersebut juga meliputi keringanan pajak untuk perusahaan yang membangun pabrik pembuatan chip komputer di AS.

Hal ini karena ketika pandemi COVID-19, AS sangat ketergantungan pada negara-negara seperti Taiwan untuk mengembangkan chip komputer.

Tetapi, menurut mereka, langkah itu justru menciptakan risiko keamanan nasional dan membuat negata kehilangan kendali atas rantai pasokan.