Ilmuwan di Beijing Temukan Terapi Gen Penunda Penuaan dari Tikus
Ilustrasi. (ThisisEngineering RAEng /Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Para ilmuwan di Beijing tengah mengembangkan terapi gen baru yang dapat membalikkan beberapa efek penuaan pada tikus, memperpanjang masa hidup mereka. Temuan yang suatu hari nanti mungkin berkontribusi pada pengobatan serupa untuk manusia.

Melansir Reuters, metode ini melibatkan penonaktifan gen yang disebut kat7 yang ditemukan para ilmuwan sebagai kontributor utama penuaan sel. Penemuan ini dirinci dalam makalah di jurnal 'Science Translational Medicine' awal Januari 2021.

Terapi spesifik yang mereka gunakan dan hasilnya adalah yang pertama di dunia, kata co-supervisor proyek Profesor Qu Jing (40), spesialis anti penuaan dan pengobatan regeneratif dari Institute of Zoology pada Chinese Academy of Sciences (CAS)

“Tikus-tikus ini muncul setelah 6-8 bulan secara keseluruhan meningkatkan penampilan dan kekuatan cengkeramannya. Dan yang terpenting, mereka telah memperpanjang umur sekitar 25 persen,” kata Qu.

ilustrasi
Ilustrasi. (National Cancer Institute/Unsplash)

Tim Ahli Biologi dari berbagai departemen CAS menggunakan metode CRISPR/Cas9, untuk menyaring ribuan gen yang merupakan pendorong kuat penuaan seluler, istilah yang digunakan untuk menggambarkan penuaan sel.

"Mereka mengidentifikasi 100 gen dari sekitar 10.000, dan kat7 adalah yang paling efisien dalam berkontribusi pada penuaan sel," ungkap Qu.

Kat7 adalah satu dari puluhan ribu gen yang ditemukan dalam sel mamalia. Para peneliti menonaktifkannya di hati tikus menggunakan metode yang disebut vektor lentiviral.

“Kami baru saja menguji fungsi gen dalam berbagai jenis sel, dalam sel induk manusia, sel nenek moyang mesenkim, sel hati manusia dan sel hati tikus dan untuk semua sel ini kami tidak melihat ada yang terdeteksi. Toksisitas seluler. Dan untuk tikus, kami juga belum melihat efek sampingnya," papar Qu.

ilustrasi
Ilustrasi. (National Cancer Institute /Unsplash)

Meskipun demikian, Qu mengakui jika metode ini masih jauh dari kesiapan untuk uji coba manusia. Perlu penelitian lebih lanjut, termasuk pada hewan praklinis lain. 

“Masih perlu untuk menguji fungsi kat7 pada jenis sel manusia dan organ lain dari tikus. Termasuk pada hewan praklinis lainnya, sebelum kami menggunakan untuk mengatasi penuaan manusia atau kondisi kesehatan lainnya,” katanya.

Qu berharap, dalam ujicoba metode ini berikutnya ia bisa menggunakan primata. Meski disadari ini akan membutuhkan banyak dana dan lebih banyak penelitian awal terlebih dahulu.

“Pada akhirnya, kami berharap dapat menemukan cara untuk menunda penuaan bahkan dengan persentase yang sangat kecil di masa mendatang," pungkasnya.