Otoritas Beijing Temukan Kasus Positif  COVID-19 di Pabrik Daimler Shunyi
Ilustrasi foto Depo kereta api Bandar Udara Internasional Ibu Kota Beijing (BCIA) di Distrik Shunyi, Beijing, China. (M. Irfan Ilmie/ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Distrik Shunyi, China menemukan virus corona dari sampel yang diambil di pabrikan otomotif Daimler Northeast Asia Parts Trading and Services.co, setelah sebelumnya menemukan kasus konfirmasi positif COVID-19 di Distrik Shunyi.

Pejabat Senior Distrik Shunyi, Zhi Xianwei dalam keterangnnya seperti dilansir media setempat, Senin, 4 Januari mengungkapkan, penemuan kasus konfirmasi positif Covid-19 dari Divisi Penjualan Suku Cadang Kendaraan milik pabrikan asal Jerman yang berlokasi di Kawasan Industri Jinma, Distrik Shunyi pada 26 Desember 2020 lalu.

Zhi menuturkan, pihaknya langsung melakukan pengendalian, dengan melarang orang, kendaraan dan barang-barang keluar maupun masuk dari kawasan tersebut. Termasuk juga penghentian aktivitas semua perusahaan makanan di kawasan industri yang tidak jauh dari Bandar Udara Ibukota Beijing (BCIA) tersebut.

"Dari 8.615 orang di kawasan industri tersebut yang menjalani tes usap, 11 orang dari Daimler dan seorang dari BIT Hua Chuang Electric Vehicle Technology Co hasilnya positif (COVID-19)," jelas Zhi.

Imbas dari penemuan kasus baru ini, sejumlah kota di Tiongkok melakukan investigasi seluruh barang dagangan yang dikirim dari beberapa perusahaan di Beijing tersebut, guna mencegah penularan COVID-19. Seperti Hohhot (Mongolia Dalam), Cangzhou (Hebei), Yantai dan Linyi (Shandong) dan Jinchen (Shanxi).

Beijing mulai vaksinasi

Terpisah, Komisi Kesehatan Kota Beijing mengungkapkan, pihaknya mulai memberikan vaksinasi COVID-19 untuk warga sejak Jumat, 1 Januari. Tercatat ada 73.537 warga sudah menerima vaksinasi yang digelar di 220 tempat.

Juru Bicara Komisi Kesehatan Kota Beijing Gao Xiaojun menuturkan, sejauh ini tidak ada efek samping serius yang dirasakan oleh penerima vaksin, yang diprioritaskan untuk sembilan kelompok berisiko tinggi dengan rantang usia 18-59 tahun.

"Sembilan kelompok yang dikategorikan berisiko tinggi itu, di antaranya petugas inspeksi bea cukai barang beku impor, pekerja atau pelajar China yang hendak bepergian ke luar negeri, dan pekerja sektor transportasi," beber Gao.

Untuk diketahui, Badan Produk Medis Nasional memberikan persetujuan terbatas pemasaran vaksin dalam negeri China kepada Sinopharm per 31 Desember 2020.