Parlemen Eropa Menyetujui EU AI Act: Peraturan Pertama tentang Kecerdasan Buatan di Uni Eropa
Uni Eropa kini miliki UU tentang kecerdasan buatan. (foto: dok. pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Parlemen Eropa telah mengesahkan EU AI Act, sebuah kerangka hukum yang komprehensif untuk pengaturan dan pengawasan teknologi kecerdasan buatan di Uni Eropa.

Undang-undang tersebut disahkan oleh Parlemen dalam pemungutan suara pada tanggal 14 Juni, dengan dukungan mayoritas dalam bentuk 499 suara mendukung, 28 menentang, dan 93 abstain.

Tahap selanjutnya sebelum undang-undang tersebut menjadi hukum akan melibatkan negosiasi individual dengan anggota Parlemen Eropa untuk menyempurnakan detailnya. Awalnya diusulkan oleh Komisi Eropa pada tanggal 21 April, EU AI Act merupakan seperangkat aturan yang komprehensif untuk pengembangan kecerdasan buatan di Uni Eropa.

"Itu bertujuan untuk mendorong adopsi kecerdasan buatan yang berpusat pada manusia dan dapat dipercaya serta melindungi kesehatan, keselamatan, hak-hak fundamental, dan demokrasi dari dampak negatifnya," bunyi siaran pers dari Parlemen Eropa, yang dikutip Cointelegraph.

Setelah diimplementasikan, undang-undang tersebut akan melarang beberapa jenis layanan dan produk kecerdasan buatan sementara membatasi atau memberlakukan pembatasan pada yang lain. Beberapa teknologi yang dilarang secara tegas termasuk pengawasan biometrik, sistem skor sosial, kepolisian prediktif, "pengenalan emosi" yang disebut, dan sistem pengenalan wajah yang tidak ditargetkan.

Model AI generatif, seperti ChatGPT dari OpenAI dan Bard dari Google, akan diizinkan untuk beroperasi dengan syarat ouput mereka jelas diberi label sebagai hasil dari kecerdasan buatan.

Setelah undang-undang ini menjadi hukum, setiap sistem kecerdasan buatan yang dapat "menimbulkan bahaya yang signifikan bagi kesehatan, keselamatan, hak-hak fundamental, atau lingkungan" atau "mempengaruhi pemilih dan hasil pemilihan" akan diklasifikasikan sebagai risiko tinggi dan tunduk pada pengawasan lebih lanjut.

Pengesahan EU AI Act oleh Parlemen Eropa terjadi hanya dua minggu setelah undang-undang Markets in Crypto-Assets (MiCA) dari entitas supranasional tersebut menjadi hukum pada tanggal 31 Mei. Dalam kedua kasus tersebut, para pemimpin industri termasuk di antara mereka yang memimpin gerakan untuk pengaturan.

CEO OpenAI, Sam Altman, adalah salah satu pendukung paling vokal dari pengawasan pemerintah terhadap industri kecerdasan buatan. Baru-baru ini, ia memberikan kesaksiannya di depan Kongres dalam sebuah dengar pendapat di mana ia dengan tegas menyatakan bahwa regulasi diperlukan. Namun, Altman juga baru-baru ini memperingatkan regulator Eropa agar tidak mengatur berlebihan.

Dalam hal cryptocurrency, Direktur Manajer Ripple untuk Eropa dan Britania Raya, Sendi Young, baru-baru ini mengatakan kepada Cointelegraph bahwa ia percaya MiCA akan membantu memfasilitasi "lapangan bermain yang adil" bagi perusahaan yang beroperasi di sektor kripto di Eropa.

Regulasi terhadap kecerdasan buatan dan sektor kripto menjadi fokus utama bagi pemerintah Eropa dalam upaya mereka untuk menghadapi tantangan dan mengatur perkembangan teknologi yang cepat. Dengan mengesahkan EU AI Act, Uni Eropa berusaha untuk memastikan bahwa penggunaan kecerdasan buatan dilakukan secara etis, aman, dan menghormati hak asasi manusia. Undang-undang ini juga bertujuan untuk melindungi warga Eropa dari risiko yang terkait dengan aplikasi yang tidak tepat atau berbahaya dari kecerdasan buatan.

Kedua undang-undang, EU AI Act dan MiCA, menandai langkah signifikan dalam upaya Uni Eropa untuk menciptakan kerangka kerja yang jelas dan terpercaya dalam mengatur teknologi masa depan yang sedang berkembang pesat. Ini juga mengirim sinyal bahwa pengaturan dan pengawasan merupakan prioritas penting bagi pemerintah Eropa dalam memastikan perlindungan kepentingan warga mereka dan mempromosikan inovasi yang bertanggung jawab.

Seiring dengan perkembangan regulasi ini, diharapkan bahwa kerangka hukum yang diterapkan di Uni Eropa akan memberikan contoh bagi negara-negara lain di seluruh dunia dalam menghadapi tantangan dan risiko yang terkait dengan kecerdasan buatan dan teknologi terkaitnya.