JAKARTA - Biro Investigasi Federal (FBI) memperingatkan masyarakat, khususnya anak-anak terhadap konten pornografi deepfake atau sintetik, yang memanipulasi foto atau video jinak untuk menargetkan korban.
"FBI terus menerima laporan dari para korban, termasuk anak-anak kecil dan orang dewasa yang tidak setuju, yang foto atau videonya diubah menjadi konten eksplisit," ujar FBI dalam unggahan blog resminya, dikutip Kamis, 8 Juni.
"Foto atau video tersebut kemudian diedarkan secara publik di media sosial atau situs porno, untuk tujuan melecehkan korban atau skema sextortion," imbuhnya.
Menurut FBI hal ini muncul karena adanya kemajuan teknologi yang terus meningkatkan kualitas, kemampuan penyesuaian, dan aksesibilitas pembuatan konten yang mendukung Kecerdasan Buatan (AI).
Dalam penelitian FBI, mereka menemukan pelaku jahat menggunakan teknologi dan layanan manipulasi konten untuk mengeksploitasi foto dan video. Biasanya diambil dari akun media sosial seseorang, internet terbuka, atau diminta dari korban, kemudian menjadi gambar bertema seksual yang tampak nyata seperti korban.
"(Lalu) mengedarkannya di media sosial, forum publik, atau situs web porno. Banyak korban, termasuk anak di bawah umur, tidak menyadari gambar mereka telah disalin, dimanipulasi, dan diedarkan hingga diketahui oleh orang lain," ungkap FBI.
Foto-foto tersebut dikirim langsung ke korban oleh pelaku jahat untuk melakukan sextortion atau pelecehan, hingga ditemukan sendiri di internet.
Setelah diedarkan, korban dapat menghadapi tantangan yang signifikan dalam mencegah terus-menerus membagikan atau menghapus konten yang dimanipulasi dari internet.
Tujuan sextortion menurut FBI, adalah keinginan untuk lebih banyak konten terlarang, keuntungan finansial, atau untuk menindas dan melecehkan orang lain.
"Pelaku jahat telah menggunakan foto atau video yang dimanipulasi dengan tujuan memeras korban untuk mendapatkan uang tebusan atau untuk memenuhi permintaan lainnya (misalnya, mengirim foto telanjang)," jelas FBI.
Pada April 2023, FBI telah mengamati adanya peningkatan jumlah pelaporan korban sextortion dari penggunaan gambar atau video palsu yang dibuat dari konten mereka di media sosial atau postingan web.
Rata-rata mereka menerima langsung dari pelaku kejahatan berdasarkan permintaan, atau direkam selama obrolan video.
BACA JUGA:
Berdasarkan laporan korban baru-baru ini, pelaku jahat biasanya menuntut, pembayaran (misalnya uang, kartu hadiah) dengan ancaman untuk membagikan gambar, video dengan anggota keluarga atau teman media sosial jika dana tidak diterima dan korban mengirimkan gambar atau video bertema seksual yang sebenarnya.
Agen federal Amerika Serikat (AS) ini mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat memposting atau mengirim pesan langsung foto pribadi, video, informasi identitas di media sosial, aplikasi kencan, dan situs online lainnya.
Tak luput, FBI mengingatkan untuk selalu pantau aktivitas online anak-anak dan diskusikan risiko yang terkait dengan berbagi konten pribadi.
Kemudian, berhati-hatilah saat menerima permintaan pertemanan, berkomunikasi, terlibat dalam percakapan video, atau mengirim gambar ke orang yang tidak dikenal secara pribadi.
Terakhir, amankan media sosial dan akun online lainnya menggunakan kata sandi, frasa sandi yang rumit serta autentikasi multifaktor.