Bagikan:

JAKARTA - Instagram menyadari telah banyak menghadirkan kesalahpahaman tentang cara kerja algoritme aplikasinya, dan apakah mereka terlibat dalam pelarangan bayangan konten kreator tertentu atau tidak. Perusahaan kini memberikan jawabannya.

Dalam unggahan blog terbaru dari bos Instagram Adam Mosseri, dia menjelaskan tentang bagaimana aplikasi tersebut memeringkat konten pada setiap bagian di Instagram.

"Instagram tidak memiliki algoritme tunggal yang mengawasi apa yang dilakukan dan tidak dilihat orang di aplikasi. Kami menggunakan berbagai algoritme, pengklasifikasi, dan proses, masing-masing dengan tujuannya sendiri," ujar Mosseri, dikutip Kamis, 1 Juni.

"Kami ingin memanfaatkan waktu orang sebaik-baiknya, dan kami percaya bahwa menggunakan teknologi untuk mempersonalisasi pengalaman setiap orang adalah cara terbaik untuk melakukannya," imbuhnya.

Dikatakan Mosseri, fitur seperti Feed, Stories, Explore, Reels, Search, dan lainnya menggunakan algoritmenya sendiri yang disesuaikan dengan pemilik akun. Jadi, tidak mengherankan jika sebagian besar data yang digunakan untuk memeringkat konten berasal dari pengguna itu sendiri.

Misalnya saja Stories, yang diberi peringkat sebagian berdasarkan seberapa sering pengguna melihat Stories akun seseorang dan terlibat dengan cerita akun tersebut, seperti mengirim suka atau DM.

Sehingga Instagram dapat memprioritaskan Stories dari akun yang menurut mereka tidak ingin dilewatkan. Mosseri menyatakan, aplikasinya juga akan melihat hubungan orang dengan keseluruhan dan seberapa besar kemungkinan mereka terhubung sebagai teman atau keluarga.

"Orang-orang cenderung mencari teman terdekat mereka di Stories, menggunakan Jelajahi untuk menemukan konten dan pembuat baru, serta dihibur di Reels. Kami memeringkat berbagai hal secara berbeda di berbagai bagian aplikasi ini, dan telah menambahkan fitur dan kontrol seperti Teman Dekat, Favorit, dan Mengikuti sehingga Anda dapat menyesuaikan pengalaman Anda lebih lanjut," ungkap Mosseri.

Begitu juga dengan rekomendasi Reels, Mosseri mengatakan apa yang disukai, disimpan, dibagikan, atau berinteraksi dengan pengguna menginformasikan apa yang akan ditampilkan selanjutnya.

Instagram sedikit lebih eksplisit dalam hal ini, perusahaan secara khusus menunjukkan kemungkinan pengguna akan membagikan ulang video, menontonnya sampai selesai, menyukainya, atau mengklik halaman audio sebagai prediksi.

Visual dan audio yang digunakan dalam video serta informasi tentang orang yang membagikannya, seperti tingkat pengikut atau keterlibatan, juga berperan dalam menentukan peringkat Reel.

Terakhir, Mosseri juga menanggapi tentang pelarangan bayangan. Beberapa orang percaya, kreator perlu membayar iklan untuk mencapai jangkauan yang lebih baik, tetapi informasi ini ternyata salah.

Dia menegaskan, perusahaan tidak menekan konten untuk mendorong orang membeli iklan. Dengan insiden ini, Mosseri justru meningkatkan transparansinya jika ada sesuatu yang membuat konten milik kreator kurang terlihat.

"Anda harus mengetahuinya dan dapat mengajukan banding. Itulah sebabnya kami membuat fitur seperti Status Akun untuk membantu Anda memahami mengapa konten akun Anda mungkin tidak memenuhi syarat untuk direkomendasikan, memungkinkan Anda menghapus konten apa pun yang memengaruhi akun Anda, dan mengajukan banding atas keputusan tersebut jika menurut Anda kami melakukan kesalahan," tutur Mosseri.