Bagikan:

JAKARTA - Beberapa organisasi di China  telah meluncurkan 79 model bahasa besar (Large-Language Models/LLMs) di negara tersebut selama tiga tahun terakhir dalam upaya memperkuat pengembangan algoritma kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Hal ini dilaporkan  lembaga penelitian yang dijalankan oleh Kementerian Sains dan Teknologi negara tersebut.

Pengembangan LLMs, yang dilatih menggunakan teknik deep learning pada sejumlah besar data teks, memasuki fase "percepatan" pada tahun 2020, menurut laporan yang ditulis oleh lembaga penelitian yang dijalankan oleh Kementerian Sains dan Teknologi China.

Pada tahun 2020, organisasi China meluncurkan 2 LLMs, dibandingkan dengan 11 LLMs yang diluncurkan di Amerika Serikat. Namun, pada tahun 2021, terdapat total 30 LLMs yang diluncurkan di setiap negara, demikian laporan yang dipublikasikan pada  Minggu, 28 Mei.

Organisasi Amerika Serikat secara keseluruhan meluncurkan 37 LLMs pada tahun berikutnya, sedangkan China meluncurkan 28 LLMs, menurut data yang dikumpulkan dalam laporan ini, yang beberapa di antara penulisnya termasuk Institut Informasi Ilmiah dan Teknis China.

Hingga saat ini tahun ini, China memimpin dengan 19 LLMs dibandingkan dengan 18 LLMs di Amerika Serikat.

"Jika melihat distribusi model bahasa besar yang diluncurkan di seluruh dunia, China dan Amerika Serikat unggul dengan margin besar, mencakup lebih dari 80% dari total global," demikian kesimpulan laporan tersebut, seperti yang dikutip dalam rilis pers yang merangkum temuan utama laporan tersebut. "Amerika Serikat selalu berada di peringkat pertama di dunia dalam hal jumlah model bahasa besar."

Laporan ini muncul ketika industri kecerdasan buatan China menghadapi tantangan signifikan akibat pembatasan ekspor yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang menghalangi organisasi China untuk mengakses semikonduktor yang digunakan untuk melatih LLMs, di antara tugas komputasi lanjutan lainnya.

Laporan ini menganalisis 79 LLM yang dikembangkan di China, mencatat bahwa meskipun sudah ada 14 provinsi dan wilayah di mana teknologi tersebut dikembangkan, proyek pengembangan bersama antara akademisi dan industri masih "kurang memadai".

Setelah OpenAI meluncurkan ChatGPT, raksasa teknologi China, mulai dari Alibaba  hingga perusahaan pengawasan Sensetime  dan raksasa mesin pencari Baidu, telah meluncurkan versi mereka sendiri dari chatbot yang ditenagai oleh kecerdasan buatan generatif dan LLMs.