Bagikan:

JAKARTA - Program vaksinasi COVID-19 mulai dijalankan berbagai negara di dunia. Di satu sisi, program ini membawa angin segar terkait harapan untuk menyelesaikan pendemi yang berlangsung sejak awal tahun 2020 lalu.

Di sisi lain, program vaksinasi juga tidak mudah dilaksanakan lantaran banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Satu di antaranya adalah pengawasan penyimpanan dan distribusi vaksin COVID-19. 

Melansir Reuters, vaksin COVID-19 harus ditangani dengan cermat dan teliti, lantaran sifat dari vaksin ini yang sensitif terhadap suhu. Karenanya, perlu pengelolaan yang terorganisir dan terencana dengan baik.

Misalnya seperti yang dilakukan dua rumah sakit di Inggris yang terletak di Startford-upon-Avon dan Warwick. Kedua rumah sakit ini memilih untuk menggunakan teknologi buku besar terdistribusi (distributed ledger) salah satu jenis blockchain atau jaringan pengolahan data yang terintegrasi.

Dengan menggunakan teknologi ini, pihak rumah sakit bisa melakukan pelacakan vaksin dan obat kemoterapi, hingga pemantauan lemari es yang menyimpan vaksin COVID-19. Ini semua dilakukan secara sistem jaringan data, bukan manual.

"Teknologi ini akan meningkatkan pencatatan dan pembagian data di seluruh rantai pasokan vaksin," kata Everyware, perusahaan yang dipercaya untuk memantau vaksin dan perawatan untuk Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), serta Hedera milik Alphabet Inc dan IBM.

ilustrasi
ilustrasi vaksin. (hakan nural /unsplash)

Hambatan logistik merupakan risiko sekaligus tantangan dari distribusi vaksin COVID-19 yang cepat dan efisien. Dengan memanfaatkan teknologi ini, pemantauan vaksin sejak di freezer penyimpanan hingga penyuntikan bisa terpantau secara real time

Misalnya saja untuk vaksin Pfizer Inc dan BioNTech. Kedua vaksin ini harus dikirim dan disimpan pada suhu ultra dingin atau di atas es kering. Di lemari es standar, vaksin ini hanya bisa bertahan selama lima hari. Sementara, vaksin lansiran Moderna Inc., lebih mudah pengirimannya karena tidak memerlukan penyimpanan dengan suhu seperti dua vaksin sebelumnya. 

“Kami benar-benar dapat memverifikasi data yang telah kami kumpulkan dari setiap perangkat. Kami memastikan bahwa data akurat pada sumbernya, dan setelah itu kami dapat memverifikasi bahwa itu tidak pernah diubah, tidak pernah dirusak," jelas Tom Screen dari Everyware dalam sebuah wawancara.

Berbeda dengan sistem manual yang memiliki risiko kesalahan lebih besar, blockchain memungkinkan semua terdata secara real time dan diawasi bersama-sama semua pihak yang terlibat.

"Sistem Ini akan memungkinkan kami untuk menunjukkan komitmen kami untuk menyediakan perawatan yang aman untuk pasien," kata Insinyur Elektro-Bio Medis di NHS South Warwickshire.