JAKARTA – Dalam konferensi pers pada Minggu, 21 Mei 2023, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengungkapkan krisis utang AS. Biden berencana mengurangi pengeluaran sekitar lebih dari satu triliun dolar AS ditambah hampir 3 triliun dolar untuk mengurangi defisit.
Hal tersebut disampaikan oleh Biden di sela-sela pertemuan Kelompk Tujuh (G7) di Hiroshima, Jepang. Sebelum menghadiri KTT G7, Biden bertemu dengan pemimpin kongres untuk membahas langkah yang akan diambil AS melalui kesepakatan bersama.
"Saya telah melakukan bagian saya. Kami mengajukan proposal yang mengurangi pengeluaran sebesar lebih dari satu triliun dolar, dan ditambah dengan hampir 3 triliun dolar pengurangan defisit yang saya usulkan sebelumnya melalui kombinasi pemotongan pengeluaran dan pendapatan baru," ujar Joe Biden.
"Sekarang saatnya bagi pihak lain untuk bergerak dari posisi ekstrem mereka, karena sebagian besar dari apa yang mereka usulkan sejauh ini, jujur saja, tidak dapat diterima,” tambah Presiden AS.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Biden mengungkapkan sejumlah hal yang tidak akan dia sepakati seperti pemotongan pajak untuk industri minyak.
"Saya tidak akan setuju dengan kesepakatan yang melindungi, misalnya, pemotongan pajak sebesar 30 miliar dolar untuk industri minyak, yang meraup keuntungan sebesar 200 miliar dolar tahun lalu ... sementara mengancam kesehatan 21 juta warga Amerika dengan mengurangi dana Medicaid," katanya.
"Saya tidak akan setuju dengan kesepakatan yang melindungi pembayaran berlebih sebesar 200 miliar dolar untuk industri farmasi dan menolak untuk menghitungnya, sementara memotong lebih dari 100.000 pekerjaan guru dan asisten sekolah, serta memangkas 30.000 pekerjaan petugas penegak hukum di seluruh Amerika Serikat."
Selain itu, Presiden AS juga mengungkapkan dirinya tidak akan sepakat mengenai perlindungan pelaku pajak kaya dan pedagang kripto.
"Saya tidak akan setuju dengan kesepakatan yang melindungi pelaku pajak kaya dan pedagang kripto sementara mengancam bantuan pangan bagi hampir seratus, maaf, hampir 1 juta warga Amerika."
Pernyataan ini memicu kontroversi di media sosial. Tidak sedikit yang mengkritik tindakan Biden itu karena dinilai menyamakan trader kripto dengan pelaku pajak yang curang. Mereka juga mengkritik pencetakan uang di bawah pemerintahan Biden.