JAKARTA – Stablecoin adalah aset kripto yang nilainya dipatok ke nilai uang fiat 1:1. Salah satu stablecoin terbesar berdasarkan kapitalisasi pasarnya adalah USDT yang diterbitkan oleh Tether. USDT dipatok ke harga dolar AS. Dengan begitu, harga USDT akan sebanding dengan dolar AS.
Stablecoin diperkirakan akan mengalami pertumbuhan signifikan di masa depan seiring dengan meningkatnya adopsi Bitcoin dan aset kripto lainnya. USDT sendiri sudah terintegrasi dalam lebih dari 10 blockchain berbeda seperti Ethereum, Binance Smart Chain, Tron, Polygon dan lainnya.
USDT mengalami peningkatan pertumbuhan pesat di tengagh krisis perbankan AS yang dimulai dari Silicon Valley Bank kemudian menyusul keruntuhan sejumlah bank regional lain.
BACA JUGA:
Berdasarkan data Coingecko, kapitalisasi pasar USDT Tether telah meningkat sebelum guncangan dalam industri kripto pada tahun lalu. Sementara stablecoin terbesar kedua, USDC terpengaruh kebangkrutan Silvergate Capital.
Di sisi lain, meningkatnya adopsi Bitcoin sebagai pelindung nilai dari inflasi turut menaikan pamor USDT. Menurut Anders Kvamme Jensen, pendiri AKJ Global Brokerage dan spesialis aset digital menilai bahwa krisis perbankan telah meningkatkan apa yang disebutnya sebagai “hyper-bitcoinisation”. Jensen memprediksi di masa depan dolar akan jadi tidak berharga lagi.
Kemudian, stablecoin USDT telah memiliki kapitalisasi pasar sebesar 130.788 miliar dolar AS (atau sekitar Rp1,9 kuadriliun). USDT mengalami peningkatan nilai pasar secara signifikan di antara stablecoin lainnya. Meski begitu, USDT bukanlah penguasa tunggal stablecoin dalam industri kripto. Stablecoin lain terus bermunculan dan menjadi pesaing USDT.