Peneliti Bikin Chip Hybrid yang Bisa Gunakan AI Untuk Jalankan Perangkat Pintar
Chip Hybrid (Stanford)

Bagikan:

JAKARTA - Sekumpulan peneliti dari Stanford mengembangkan sebuah cara untuk mengombinasikan prosesor dan memori dalam berbagai chip hybrid yang memungkinkan kecerdasan buatan (AI) menjalankan perangkat yang ditenagai baterai, seperti smartphone dan tablet.

Tim peneliti meyakini bahwa beragam elektronik bertenaga baterai bakal menjadi lebih pintar jika dijalankan dengan menggunakan algoritma kecerdasan buatan. Kendalanya adalah upaya membangun chip berkemampuan AI untuk seluler terhambat oleh “dinding memori” seperti yang dikutip dari Slashgear, Selasa, 19 Januari 

Dinding memori merupakan istilah untuk proses pemisahan data dan chip memori yang harus bekerja sama dalam memenuhi tuntutan komputasi AI.

Ahli komputer, Subasish Mitra, mengatakan bahwa “Transaksi antara prosesor dan memori bisa menghabiskan 95 persen energi yang dibutuhkan untuk menampilkan machine learning (ML) dan AI, sehingga membatasi daya hidup baterai,” ujar Subasish Mitra, penulis studi baru yang diterbitkan dalam Nature Electronics.

Peneliti dari Stanford ini merancang sebuah sistem yang bisa menjalankan tugas AI secara lebih cepat dengan kebutuhan energi yang lebih sedikit.

Para peneliti memanfaatkan delam chip hybrid yang dibangun di sebelah memori penyimpanan sendiri. Penelitian baru ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya yang mengembangkan teknologi memori baru bernama RRAM.

RRAM ini mampu menyimpan data dengan energi dengan kecepatan dan efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan memori flash. Kemunculan RRAM menjadi cikal bakal untuk penelitian selanjutnya, yaitu pengembangan chip hybrid.

Tahapan penting selanjutnya adalah membuat algoritma yang memungkinkan delapan chip hybrid yang terpisah untuk digabungkan menjadi satu mesin pemroses AI hemat energi.

Tim mengklaim bahwa mereka mampu “mengelabui” kedelapan chip hibrida secara terpisah agar merasa menjadi chip tunggal. Sistem ini disebut sebagai “Sistem Ilusi”. Mereka mengatakan bahwa sistem delapan chip hanyalah permulaan.

Simulasi menunjukkan bahwa sistem dengan 64 chip hybrid bisa menjalankan aplikasi AI tujuh kali lebih cepat daripada prosesor terkini dengan hanya menggunakan energi sepertujuhnya saja.

Para peneliti meyakini bahwa kinerja sistem prototipe tersebut menunjukkan bahwa Sistem Ilusi bisa siap dipasarkan dalam 3 hingga 5 tahun ke depan.