JAKARTA - CEO Telegram Pavel Durom menyebutkan jika sejumlah pemimpin negara dunia mulai membuka kanal resminya di platform-nya. Dua di antaranya adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Brasil Jair Bolsonaro.
"Sejak postingan terakhir saya, masuknya pengguna baru ke Telegram secara besar-besaran terjadi semakin cepat. Kita mungkin menyaksikan migrasi digital terbesar dalam sejarah manusia," tulis Durov di kanal pribadinya di Telegram.
Menurutnya, para pemimpin dunia itu membuka kanal di Telegram karena imbas dari kebijakan baru WhatsApp. Durov memastikan, Erdogan dan Bolsonaro akan memiliki akun yang terverifikasi dalam daftar pencarian pengguna di Telegram.
BACA JUGA:
"Mengikuti fenomena global ini, dua presiden memulai channel Telegram mereka: Presiden Brasil @jairbolsonarobrasil dan Presiden Turki @RTErdogan," sambungnya.
Disebutkan Durov, Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bergabung dengan daftar kepala negara lainnya yang sudah lebih dulu hadir di Telegram, mereka adalah:
Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador @PresidenteAMLO
Presiden Prancis Emmanuel Macron @emmanuelmacron
Perdana Menteri Singapura Lee HsienLoong @leehsienloong
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky @V_Zelenskiy_official
Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev @shmirziyoyev
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen @iingtw
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed @AbiyAhmedAliofficial
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu @bnetanyahu.
Lebih lanjut, Durov mengaku sangat terhormat dengan keputusan para pemimpin politik hingga banyak organisasi publik karena menggunakan Telegram. Dia mengklaim Telegram, bisa diandalkan untuk memerangi informasi yang salah dan menyebarkan kesadaran tentang masalah penting dalam masyarakat mereka.
Tidak seperti jaringan lain, Durov mengklaim Telegram tidak menggunakan algoritma non transparan untuk memutuskan apakah pelanggan akan melihat konten langganan mereka atau tidak.
Today I outlined the monetization strategy of Telegram. It will allow us to remain independent and stay true to our values for decades to come – https://t.co/58h4PXxman
— Pavel Durov (@durov) December 23, 2020
"Kami merasa terhormat bahwa para pemimpin politik, serta banyak organisasi publik, mengandalkan Telegram untuk memerangi informasi yang salah dan menyebarkan kesadaran tentang masalah penting dalam masyarakat mereka," kata Durov.
Sebelumnya, Durov menyampaikan pengguna aktif Telegram telah mencapai lebih dari 500 juta. Sebanyak 25 juta pengguna diklaim bergabung hanya dalam waktu 72 jam.
Kenaikan jumlah pengguna Telegram yang signifikan tak lepas dari pengaruh kebijakan privasi baru WhatsApp. Selain mengumpulkan data pribadi pengguna, kebijakan baru itu bisa membuat data pengguna dimiliki dan digunakan Facebook.