Kebijakan baru WhatsApp Bikin Pengguna Aktif Telegram Melonjak Drastis
Aplikasi Telegram (Christian Wiediger/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kebijakan privasi baru WhatsApp untuk berbagi data (nomor ponsel, alamat IP, hingga informasi perangkat) dengan Facebook yang sudah direncanakan akan efektif pada 8 Februari 2021 itu justru memberikan keuntungan besar bagi pesaingnya, yakni Telegram.

Dalam pengumuman resminya di kanal pribadinya di Telegram, CEO Telegram Pavel Durov mengatakan aplikasinya itu berhasil melampaui 500 juta pengguna aktif bulanan pada pekan pertama Januari.

Tercatat, 25 juta pengguna baru bergabung dengan Telegram dalam 72 jam terakhir saja. Pengguna baru ini datang dari seluruh dunia, 38% dari Asia, 27% dari Eropa, 21% dari Amerika Latin, dan 8% dari MENA (Middle East / North Africa).

Menurutnya, pencapaian ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun lalu, ketika 1,5 juta pengguna baru mendaftar setiap hari. 

"Kami pernah mengalami lonjakan unduhan sebelumnya, sepanjang seharan 7 tahun kami melindungi privasi pengguna. Tapi kali ini berbeda," ujar Durov.

Durov menilai orang tidak lagi ingin menukar privasi gratis mereka dengan layanan gratis. Mereka juga tidak ingin lagi disandera oleh monopoli teknologi yang tampaknya berpikir bahwa mereka dapat melalukan apa saja selama aplikasi mereka memiliki banyak pengguna yang kritis.

Dengan setengah miliar pengguna aktif dan pertumbuhan yang semakin cepat, Telegram telah menjadi tempat perlindungan terbesar bagi mereka yang mencari platform komunikasi yang berkomitmen pada privasi dan keamanan.

Durov mengatakan akan mengambil tanggung jawab ini dengan serius dan tidak akan mengecewakan para penggunanya.

Anda yang telah menggunakan Telegram dalam beberapa tahun terakhir tahu bahwa perusahaan telah konsisten baik dalam hal mempertahankan data pribadi maupun dalam meningkatkan aplikasi kami. Sementara Anda yang baru saja menggunakan Telegram bertanya-tanya apakah itu Telegram?

"Anda sebagai pengguna telah dan akan selalu menjadi satu-satunya prioritas kami. Tidak seperti aplikasi populer lainnya, Telegram tidak memiliki pemegang saham atau pengiklan. Kami tidak berurusan dengan pemasar, penambang data, atau lembaga pemerintah. Sejak hari kami meluncurkannya pada Agustus 2013, kami belum mengungkapkan satu byte pun dari data pribadi pengguna kami kepada pihak ketiga," ujar Durov dalam penyataan resminya pada tahun 2018.

Lebih lanjut, Durov mengatakan bahwa Telegram beroperasi dengan cara di atas karena ia menganggap Telegram itu sebuah organisasi atau aplikasi. Baginya, Telegram adalah sebuah ide, ini adalah gagasan bahwa setiap orang di planet ini memiliki hak untuk bebas.