Bagikan:

JAKARTA - Telegram baru saja mengambil pasar WhatsApp di Rusia. Kini platform pesan singkat ini menjadi alat perpesanan paling populer di negara yang melakukan invasi ke Ukraina tersebut.

Dilaporkan Megafon, salah satu operator seluler utama di Rusia yang mengatakan orang-orang di sana berbondong-bondong pindah ke layanan milik Pavel Durov itu. Pasanya Rusia telah membatasi beberapa layanan digital termasuk WhatsApp.

Dilaporkan sebelumnya, sejatinya WhatsApp masih diizinkan beroperasi di negeri beruang merah itu. Hanya saja dua saudara media sosialnya, Facebook dan Instagram baru saja dilabeli sebagai platform ekstremis oleh pemerintah Rusia.

Pihak berwenang secara aktif mempromosikan Telegram. Operasi militer Rusia di Ukraina telah menambah “bahan bakar” pada perselisihan yang memanas antara platform digital asing dan Moskow.

Data  menunjukkan Telegram telah mendapatkan peningkatan pengguna di Rusia. Data didapatkan dari Megafon. Perusahaan ini mengatakan analisisnya terhadap lalu lintas internet seluler menunjukkan bahwa pangsa Telegram telah melonjak menjadi 63 persen. Ini hanya terjadi dalam dua minggu pertama Maret, dari 48 persen pengguna, dalam dua minggu pertama Februari.

Melansir Reuters, Selasa, 22 Maret, sebaliknya, WhatsApp mengalami penurunan pengguna menjadi 32 persen dari 48 persen. Rata-rata pengguna Telegram mengonsumsi 101 MB data per hari. Ini jauh lebih besar   dibandingkan dengan 26 MB pada WhatsApp. Telegram telah lama menjadi platform berita populer di Rusia, dengan hampir semua media besar, entitas pemerintah, dan tokoh masyarakat mengoperasikan saluran konten di aplikasi perpesanan berlogo biru itu.

"Popularitas layanan telah berkembang dengan latar belakang pembatasan akses ke messenger dan jejaring sosial lain. Layanan ini mulai aktif tumbuh pada 24 Februari," ujar Megafon.

Selain Facebook, Instagram dan Twitter, pengawas komunikasi Rusia pekan  lalu juga mengecam YouTube. Platform streaming video ini dituduh terlibat dalam tindakan bersifat teroris. Pasalnya aplikasi milik Alphabet Inc., itu mengizinkan iklan di platform berbagi video. Menurut pihak Kremlin hal ini dapat merugikan warga Rusia.

"Tindakan administrasi YouTube bersifat teroris dan mengancam kehidupan dan kesehatan warga Rusia," kata regulator Rusia.