Menimbang untuk Berpaling dari WhatsApp karena Kebijakan Baru yang Memaksa
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Jagat internet belakangan diramaikan dengan kebijakan baru WhatsApp yang mulai berlaku pada 8 Februari mendatang. Namun, peraturan baru ini memaksa pengguna wajib menyetujuinya, bagi yang tidak berkenan harus menghapus akun mereka.

Menurut keterangan dari kebijakan privasi baru ini yang sebelumnya diwartakan VOI, memungkinkan WhatsApp membagi data pengguna dengan Facebook, dan data inilah yang kemudian digunakan oleh Facebook untuk menghasilkan uang dari WhatsApp.

Diketahui, selama ini Facebook memang belum menghasilkan uang dari WhatsApp, dan pendapatannya hanya datang dari WhatsApp Business, tidak seperti Instagram yang menghasilkan uang dari iklan.

Tetapi, tidak semua pengguna senang dengan kebijakan baru WhatsApp ini. Karena mereka menganggap Facebook seperti memaksa pengguna untuk membagikan datanya kepada perusahaan tersebut.

Hal serupa juga disampaikan oleh pengamat multimedia dan ICT Teguh Prasetya yang menyesali dengan peraturan baru layanan pesan instan tersebut. Teguh mengatakan bahwa langkah Facebook ini seperti pemaksaan dan pengguna tidak diberikan pilihan lain.

"Yang pertama tentunya keputusan sepihak dari WhatsApp untuk menggunakan data pribadi pengguna nya itu patut disesalkan, apalagi dengan adanya konsekuensi bagi yang tidak bersedia mengikuti kehendak WhatsApp. Hal ini bisa dikategorikan pemaksaan kehendak sehingga bagi pengguna WhatsApp tidak diberi opsi untuk tidak menerimanya. Walaupun kita juga mengetahui bahwa WhatsApp dimiliki oleh Facebook," ungkap Teguh saat dihubungi VOI, Jumat 8 Januari.

Di sisi lain, Teguh percaya bahwa data pengguna yang disimpan di perusahaan Facebook terbilang cukup aman, meski nantinya data pengguna itu bisa diakses oleh anak perusahaan Facebook lainnya.

"Aman dari sisi penyimpanan mungkin iya, akan tetapi dari penyalahgunaan data untuk kepentingan yang tidak disetujui atau belum disepakati oleh pemilik data ini yang harus dipastikan tidak terjadi," ujar Teguh.

"Oleh sebab itu, perlunya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) segera diundangkan agar menjadi pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia," sambungnya.

Sementara, Teguh juga berharap untuk di Indonesia sendiri, dengan adanya kebijakan baru Facebook yang memproses data pengguna WhatsApp ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) diminta turut andil untuk melindungi juga.

Sayangnya, para pengguna yang tidak menyetujui kebijakan ini, bahkan khawatir datanya disalahgunakan, mereka lebih memilih untuk berpaling dari WhatsApp. Tetapi menurut Teguh, WhatsApp masih merupakan aplikasi pesan instan yang paling aman ketimbang aplikasi lainnya seperti Telegram maupun Signal.

"WhatsApp (menjadi pilihan) yang pertama saja, sehingga yang lain menjadi pembanding WhatsApp dan penggunanya juga lebih banyak dan lebih populer WhatsApp di sini," tutur Teguh.

Plus Minus WhatsApp Dibanding Aplikasi Lain

WhatsApp awal tahun lalu berhasil mencapai dua miliar pengguna, naik dari 1,5 miliar yang diungkapkan pada 2018 lalu. Di mana layanan pesan instan ini juga tetap bebas dari iklan dan tidak membebankan biaya apapun kepada penggunanya.

Pengumuman tersebut menjadikan WhatsApp sebagai aplikasi kedua dari Facebook yang bergabung dengan klub 2 miliar pengguna tersebut, yang pertama adalah Facebook itu sendiri.

WhatsApp, didirikan 12 tahun lalu tepat pada 2009 dan dijual ke Facebook seharga 19 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada tujuh tahun lalu, dan tentunya dengan waktu yang panjang itu, layanan pesan instan tersebut terus berkembang dan menyediakan berbagai macam fitur demi membuat pengguna tak meninggalkannya.

Tetapi, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan WhatsApp sehingga ia menjadi aplikasi yang digunakan sebanyak 2 miliar pengguna? Mari kita bandingkan WhatsApp dengan Telegram.

1. Keamanan WhatsApp

Dari segi ini, kita tahu bahwa WhatsApp memiliki fitur enkripsi end-to-end yang aktif otomatis, serta opsi Verifikasi Keamanan 2 Langkah (2 Factor Authentication), sedangkan Telegram menawarkan kunci kode sandi bawaan, ia juga memiliki verifikasi keamanan dua langkah, serta ada fitur mengatur penghapusan otomatis pesan yang telah dikirimkan.

Sayangnya, kekurangan Telegram yakni percakapan normal hanya menggunakan enkripsi klien-server. Artinya, Telegram memiliki kunci enkripsi di sisi server. Dalam kata lain, Telegram dapat mengakses obrolan penggunanya. Sedangkan, enkripsi end-to-end hanya aktif pada Obrolan Rahasia.

2. Fitur

WhatsApp dan Telegram memang terus berlomba-lomba menghadirkan fitur terbaru mereka agar pengguna tidak berpaling.

Foto: Unsplash

Layanan pesan instan milik Facebook, WhatsApp sendiri memiliki fitur meneruskan pesan ke beberapa kontak sekaligus, melakukan panggilan video hingga 8 peserta, ia juga memiliki fungsi cadangkan dan pulihkan (backup dan restore) pesan, terdapat pula mode gelap yang membuat nyaman para penggunanya dan dapat menarik pesan yang terkirim.

Selain itu, pengguna juga dapat mengirim pesan hanya jika mereka mengetahui nomor telepon pengguna WhatsApp, dan satu nomor telepon hanya bisa digunakan pada satu ponsel saja.

Meski demikian, tak seperti Telegram, WhatsApp hanya dapat menampung 256 peserta di dalam sebuah grup, dan hanya bisa membagikan jenis file dengan batas ukuran 100 MB.

Melihat Telegram, ia mempunyai fitur grup yang mampu menampung hampir 200 ribu anggota, ada pula fitur jajak pendapat, kuis, tagar, bot untuk mengelola grup, mengirim file dengan batas ukuran 1,5 GB, ada fitur menyunting (edit) pesan yang sudah terkirim, fitur penjadwalan pesan, obrolan rahasia yang terenkripsi, dapat memulai chat hanya dengan mengetahui username dan nomor telepon, serta dapat digunakan di beberapa perangkat. Sayangnya, Telegram belum ada fitur panggilan video, dan mode gelap.

Poin Penting Kebijakan Baru WhatsApp

Terdapat poin penting yang harus diketahui pengguna WhatsApp menyoal kebijakan baru yang mulai berlaku pada 8 Februari mendatang, apa saja? Berikut penjabarannya seperti dikutip dari GadgetsNow.

1. Perubahan Kebijakan Privasi

WhatsApp akan menghadirkan tiga perubahan dalam kebijakan barunya, yakni bagaimana aplikasi memproses data pengguna, bagaimana bisnis dapat menggunakan layanan Facebook untuk menyimpan dan mengelola obrolan WhatsApp, dan nantinya akan lebih banyak data yang terintegrasi WhatsApp dengan produk Facebook lainnya.

2. Data Pengguna WhatsApp yang Dikumpulkan

Menurut kebijakan privasi baru, WhatsApp akan mengumpulkan data perangkat keras seperti level baterai, kekuatan sinyal versi aplikasi, informasi browser, jaringan seluler, informasi koneksi (termasuk nomor telepon, operator seluler atau ISP), bahasa dan zona waktu, alamat IP, informasi operasi perangkat, dan pengidentifikasi (termasuk pengidentifikasi unik terhadap Produk Perusahaan Facebook yang dikaitkan dengan perangkat atau akun yang sama).

3. Informasi Apa Saja yang Dibagikan ke Facebook

Hampir semua data yang dikumpulkan WhatsApp akan dibagikan ke Facebook. Kebijakan Privasi menyampaikan akan membagikan mulai nomor ponsel, alamat IP, hingga informasi perangkat.

"Informasi yang kami bagikan dengan Facebook Companies termasuk informasi registrasi aku (seperti nomor ponsel), data transaksi, informasi yang terkait dengan layanan, informasi mengenai cara berinteraksi dengan pengguna lain (termasuk bisnis) ketika menggunakan layanan termasuk informasi lain yang kami kumpulkan berdasarkan persetujuan pengguna," seperti tertulis pada kebijakan baru WhatsApp

Foto: Unsplash

4. Belum Munculkan Iklan

Sampai sejauh ini, WhatsApp masih belum mengizinkan iklan spanduk pihak ketiga di platform-nya dan hingga kini belum ada informasi apakah layanan tersebut akan menyematkannya.

Namun, "jika kami melakukan itu, kami akan merubah Kebijakan Privasi ini," ungkap WhatsApp. Jadi kita tidak akan pernah tahu apakah WhatsApp berniat untuk menyematkan iklan pada platform-nya.

5. Data yang akan Disimpan WhatsApp

Mereka akan mengumpulkan data alamat IP, dan informasi lain seperti kode area nomor ponsel meski pengguna tidak mengaktifkan fitur lokasi pengguna. Ini untuk memperkirakan kota atau negara pengguna, hal itu tertuang dalam kebijakan baru privasi WhatsApp.

Facebook juga mengungkapkan akan menyimpan dana pengguna di Pusat Data global Facebook termasuk yang ada di AS.

6. Meski WhatsApp Dihapus, Bukan Berarti Data Pengguna Aman

Bila pengguna mengambil langkah untuk menghapus akun WhatsApp secara langsung bukan berarti data mereka juga menghilang. Pengguna diharuskan mengambil semua data dari WhatsApp untuk kemudian dihapus sendiri.

"Ketika Anda menghapus akun Anda, itu tidak akan memengaruhi informasi Anda yang berkaitan dengan grup percakapan yang dibuat atau informasi Anda yang dimiliki oleh pengguna lainnya seperti salinan pesan yang pernah dikirimkan," terang WhatsApp.

7. Jangan Sembarang Berinteraksi dengan WhatsApp Business

Dengan perubahan kebijakan privasi ini, ketika pengguna berinteraksi dengan WhatsApp Business, beberapa pengguna lain bisa melihat konten yang dibagikan. Artinya pengguna tidak dapat memastikan bagaimana data itu akan digunakan.