Bagikan:

JAKARTA - Bank Sentral Peru (CRBP) telah menerbitkan sebuah laporan yang akan menjadi bagian dari serangkaian penelitian untuk mengeksplorasi kebutuhan, desain, dan waktu peluncuran mata uang digital bank sentral (CBDC) Peru. Laporan tersebut difokuskan pada masalah yang terkait dengan CBDC ritel.

CBRP menulis bahwa status quo sistem pembayaran yang bersaing di Peru tidak dapat diterima, namun pengenalan CBDC, yang dikombinasikan dengan kebijakan baru untuk meningkatkan aksesibilitas dan interoperabilitas sistem yang ada, akan membantu bank sentral mengatasi hambatan untuk inklusi keuangan dan menurunkan biaya transaksi. 

"Tujuan dari CBDC dalam kerangka sistem pembayaran di Peru adalah memberikan akses kepada penduduk yang tidak memiliki akses ke sistem perbankan terhadap pembayaran digital, sehingga penting untuk mengetahui karakteristik mereka untuk mempersiapkan strategi implementasi," kata laporan tersebut, dikutip Cointelegraph.

Peru memiliki beberapa hambatan yang harus diatasi. Sekitar setengah dari penduduk negara tersebut tidak memiliki akses ke sistem perbankan. Tiga perempat dari orang yang tidak memiliki akses ke sistem perbankan tinggal di rumah tangga "non-miskin", namun hampir 79% dari mereka tidak memiliki tabungan. Mereka tinggal terutama di daerah perkotaan dan hampir semuanya bekerja secara informal. Hampir semua orang yang tidak memiliki akses ke sistem perbankan memiliki telepon genggam.

Namun demikian, penggunaan pembayaran digital di Peru telah meningkat lima kali lipat sejak tahun 2015, menurut laporan tersebut.

Laporan saat ini menandai akhir dari langkah pertama dari lima langkah dalam potensi produksi CBDC, demikian laporan tersebut menyebutkan. Tidak ada jadwal waktu yang disebutkan untuk pengembangan CBDC. CBRP juga merilis survei 25 pertanyaan dari calon pengguna, yang harus diisi hingga 30 April.

Peru menerima bantuan teknis dalam pembuatan laporan dari Dana Moneter Internasional dalam kesepakatan yang dicapai pada Mei 2021. Presiden CBRP Julio Velarde mengumumkan pada November 2021 bahwa negaranya akan bekerja sama dengan India, Singapura, dan Hong Kong untuk mengembangkan CBDC.

SODA adalah perusahaan teknologi-agnostik yang memberikan layanan konsultasi tentang perbankan sentral, keuangan digital, dan industri Web3. John Kiff adalah mantan ahli di bagian IMF.