JAKARTA - Menyambut Hari Cek Fakta Internasional yang jatuh pada tanggal 2 April kemarin, Google mengungkapkan bahwa sejauh ini, Indonesia adalah negara teratas di dunia dalam menelusuri “hoaks” selama tahun 2023.
Selain itu, minat penelusuran tentang disinformasi di tahun 2022 di Indonesia juga mencapai angka tertinggi sepanjang masa, yaitu meningkat 90 persen antara tahun 2021 hingga 2022. Tidak hanya itu, minat penelusuran tentang scam juga mencapai angka tertinggi sepanjang masa di Indonesia.
Google juga telah meluncurkan upaya-upaya untuk memerangi disinformasi di seluruh dunia, di antaranya adalah:
Melawan misinformasi melalui produk, program, dan kemitraan
Google berinvestasi besar dalam perlawanan terhadap upaya yang bertujuan menipu, merugikan, dan memanfaatkan pengguna, serta meminimalkan penyebaran informasi bermutu rendah. Untuk itu, Google menaikkan peringkat berita yang kredibel dan berkualitas dalam hasil penelusuran, sehingga pengguna akan terpapar pada sumber yang sudah mapan dan memiliki reputasi.
Menghalau pihak tak bertanggung jawab dan melindungi pengguna
Google telah menerbitkan Laporan Transparansi Penegakan Pedoman Komunitas YouTube yang mengungkapkan bahwa antara Januari hingga September 2022, raksasa penelusuran itu telah menghapus lebih dari 1,2 juta video di Indonesia.
Dalam laporan Keamanan Iklan, Google juga telah memblokir atau menghapus lebih dari 5,2 miliar iklan di seluruh dunia karena melanggar kebijakan kami pada tahun 2022 yang setara dengan 9.000 iklan per menit.
Memberdayakan pengguna dengan konteks dan literasi media
Selain itu, Google juga bermitra dengan pakar literasi media untuk merancang workshop yang mampu mendeteksi disinformasi. Contohnya, pada akhir tahun 2022, YouTube meluncurkan program literasi media “Pause Dulu” di Indonesia.
Salah satu program Google.org, yaitu Tular Nalar, telah melatih 1.400 dosen dan 6.000 guru selama dua tahun terakhir. Sementara itu, ASEAN Digital Literacy Programmer, dengan bantuan dari Common Room Network Foundation, Ruangguru Foundation, dan Fatih Annur Foundation di Indonesia, membekali anak muda, lansia, dan perempuan yang kurang terlayani dengan keterampilan keamanan online dan literasi media.
BACA JUGA:
Mendukung jurnalisme berkualitas dan bermitra dengan ekosistem berita
Lebih dari itu, Goo juga mendukung jurnalisme berkualitas melalui Google News Initiative dan berkolaborasi dengan ekosistem berita secara keseluruhan termasuk jurnalis, pengecek fakta, dan peneliti demi menghasilkan liputan berkualitas dan melawan misinformasi.
Bermitra dengan AJI, Google meluncurkan GNI Indonesia Training Network pada tahun 2018. Hingga Desember 2022, jaringan ini telah melatih 36.901 jurnalis dan mahasiswa jurnalisme, menjangkau 568 media dan 175 universitas secara nasional.
"Kami memberikan hibah senilai 11,6 miliar rupiah kepada CekFakta pada tahun 2022 untuk mengembangkan koalisi ini menjadi 300 outlet dan organisasi media. Sampai saat ini, CekFakta telah menghasilkan lebih dari 10.000 artikel terverifikasi," kata Google.
Terus waspada akan ancaman baru dan responsif terhadap perkembangan
Pada akhir tahun lalu, Google meluncurkan Safer Internet Lab melalui kemitraan dengan CSIS untuk mendorong inovasi melalui riset dan diskusi kebijakan untuk mencari cara baru melawan misinformasi. Google juga bekerja sama dengan Jigsaw dalam upaya “pre-bunking”, atau mengedukasi orang tentang taktik yang digunakan untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan.