Tuai Pro Kontra, Teknologi AI jadi Masa Depan Dunia atau Ancaman Manusia?
Teknologi AI tua pro dan kontra (foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah gempuran teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kian meningkat saat ini, ternyata banyak menimbulkan pro dan kontra antara tokoh-tokoh besar di bidang teknologi, seperti Elon Musk, Bill Gates, hingga CEO Google, Sundar Pichai.

Kesenjangan ini kemudian semakin besar, ketika ChatGPT memberikan impact yang luar biasa. Pasalnya, perdebatan atas kemajuan AI ini muncul karena beberapa orang percaya bahwa AI adalah masa depan, sedangkan yang lainnya percaya bahwa AI bisa menjadi ancaman untuk manusia. 

Sebagai CEO Twitter, Elon Musk bersama dengan salah satu pendiri Apple Steve Wozniak dan mendiang kritikus AI Stephen Hawking percaya bahwa teknologi AI dapat menimbulkan risiko bagi kehidupan manusia. 

Beberapa waktu lalu, para petinggi raksasa teknologi ini menyerukan untuk menjeda pengembangan mesin AI mereka karena dinilai memiliki lebih banyak risiko. Mereka juga mengatakan bahwa penghentian sementara ini perlu dilakukan sebelum manusia kehilangan kendali.

Ini artinya, kemampuan AI pada titik ini diklaim sudah melampaui pemikiran manusia. Lebih parah lagi, AI mungkin tidak lagi membutuhkan atau mendengarkan manusia, yang kemudian dapat mencuri kode nuklir, menciptakan pandemi, atau memicu perang dunia.

Pendiri DeepAI Kevin Baragona, juga setuju dengan hal itu. Ia mengibaratkan manusia dan AI sebagai simpanse dan manusia. "Jika kita seperti simpanse, maka AI akan menghancurkan kita, atau kita akan diperbudak olehnya," katanya kepada DailyMail

Tapi di sisi lain, CEO Google Sundar Pichai dan salah satu pendiri Microsoft Bill Gates justru mengatakan bahwa AI adalah masa depan dunia, di mana teknologi itu mungkin akan dapat mengatasi perubahan iklim, menyembuhkan kanker, dan meningkatkan produktivitas.

Teknologi AI ini mulai berkembang pesat sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada bulan November lalu. Sejak saat itu, ChatGPT langsung sukses di seluruh dunia. 

Bahkan, hadirnya teknologi GPT-4, pengguna bisa melakukan lebih daripada hanya sekedar memberi saran. GPT-4 dapat membuat makalah penelitian, buku, artikel berita, email, dan pekerjaan berbasis teks dan lain sebagainya. 

Karena kemampuannya yang luar biasa, kelompok etika teknologi Center for Artificial Intelligence and Digital Policy mengajukan keluhan kepada Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat untuk menghentikan OpenAI dari menerbitkan rilis komersial baru dari GPT-4.

Keluhan resmi yang diajukan ke FTC ini mengikuti surat terbuka yang dikirim ke Elon Musk, para ahli kecerdasan buatan, dan eksekutif industri yang menyerukan jeda enam bulan dalam mengembangkan sistem yang lebih kuat dari GPT-4 yang baru diluncurkan OpenAI, dengan mengutip risiko potensial bagi masyarakat.