JAKARTA - Para pelaku pasar di seluruh dunia terus mengeksplorasi keuntungan dari penggunaan teknologi blockchain, terutama pada sektor non-fungible token (NFT). Namun, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa kejadian penipuan, manipulasi harga, dan masalah lain yang menimpa NFT.
Hal ini menjadi perhatian khusus bagi regulator di berbagai negara termasuk China, yang pada tahun 2022 menerima keluhan resmi sebanyak 30.000 persen lebih tinggi daripada tahun sebelumnya terkait masalah-masalah tersebut, menurut laporan dari Forkast News.
Menurut laporan tersebut, regulator di China menerima 59.700 keluhan terkait NFT sepanjang tahun 2022, meningkat dari hanya 198 pada tahun 2021. Keluhan-keluhan tersebut meliputi ketidakmampuan pembeli dalam menerima barang yang dibeli, kegagalan dalam pengembalian dana, manipulasi harga, dan biaya transaksi yang tinggi.
Walaupun memiliki sikap anti-kripto, China tampaknya masih mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh NFT. Pada Desember 2022, China mengumumkan akan meluncurkan platform perdagangan NFT pertama yang sepenuhnya teregulasi pada hari pertama tahun 2023. Platform ini akan dikenal sebagai "China Digital Asset Trading Platform" dan menyediakan hak perlindungan dan pengawasan bagi institusi dan individu terkait NFT.
Selain itu, pada bulan yang sama, kota Shanghai di China juga meluncurkan dana metaverse senilai 149 juta dolar AS (Rp2,3 triliun). Tujuan dari dana ini adalah untuk mengembangkan industri metaverse di negara tersebut dan meningkatkan persaingan di bidang ini. Tujuh provinsi yang berbeda telah mengumumkan rencana mereka untuk menjadi pusat metaverse di China.
BACA JUGA:
Meskipun terjadi perlambatan pada pasar kripto pada tahun 2022, pasar NFT tetap menunjukkan ketahanannya terhadap pergerakan harga. Seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi blockchain pada sektor ini, pasar NFT mencatatkan penjualan senilai 55,5 miliar dolar AS (sekitar Rp853 triliun) sepanjang tahun 2022, meningkat 175 persen dari tahun sebelumnya sebesar 20,2 miliar dolar AS (Rp310,7 triliun).
Dalam perbandingan dengan 142 juta dolar AS (Rp2,1 triliun) pada tahun 2020, ukuran pasar NFT pada tahun 2022 mencerminkan kenaikan sebesar 38.903 persen. Menurut data dari CryptoSlate, total kapitalisasi pasar NFT mengalami penurunan sedikit pada tahun 2022 akibat pasar yang menurun dan jatuh menjadi 85 juta dolar AS (Rp1,3 triliun). Namun, jumlah tersebut mencerminkan kenaikan sebesar 11.644 persen dari 10 miliar dolar AS (Rp153,8 triliun) pada tahun 2020.
Laporan dari DappRadar menunjukkan bahwa pasar NFT kembali ke level sebelum musim dingin pada bulan Februari, dengan volume perdagangan mencapai 2 miliar dolar AS (Rp30,7 triliun), meningkat 117 persen dari 956 juta dolar AS (Rp14,7 triliun) pada bulan Januari.
Meskipun NFT terus berkembang dalam popularitas dan nilai pasar, namun peningkatan tajam dalam keluhan terkait penipuan, masalah teknis, dan manipulasi harga di Cina menjadi sorotan bagi regulator dan industri. Kendati begitu, Cina juga mencoba untuk merangkul teknologi NFT dengan meluncurkan bursa perdagangan NFT resmi pertama negara tersebut pada awal 2023.
Melalui tindakan ini, China berharap dapat membantu memperkuat hak-hak keuangan dan mengurangi risiko penipuan dalam perdagangan NFT. Selain itu, investasi besar-besaran dalam industri metaverse juga dilakukan di beberapa provinsi untuk mendorong perkembangan pasar NFT secara lokal. Dalam segmen pasar kripto yang terus berkembang pesat, industri NFT tetap menjadi wilayah yang menarik dan memiliki potensi besar.