Bagikan:

JAKARTA - Acer baru saja mengonfirmasi ada aktor jahat atau peretas yang membobol salah satu servernya. Perusahaan baru menyadari setelah database 160GB yang berisi informasi rahasia dijual di dark web.

Menurut pembuat Personal Computer (PC) yang berbasis di Taiwan itu, salah satu server dokumennya tersebut sedang digunakan oleh teknisi perbaikannya.

"Sementara penyelidikan kami sedang berlangsung, saat ini tidak ada indikasi bahwa data konsumen disimpan di server tersebut," ujar juru bicara Acer kepada The Register, yang dikutip Jumat, 10 Maret.

Pengumuman Acer muncul setelah penjahat dunia maya yang menggunakan nama "Kernelware" mulai menjual 160GB data yang dicuri dari perusahaan di BreachForums.

Data itu termasuk 655 direktori dan 2.869 file. Menurut pelaku, data yang dicuri mencakup slide dan presentasi rahasia, manual teknis staf, file Format Pencitraan Windows, binari, backend data infrastruktur, dokumen produk rahasia, Penggantian Kunci Produk Digital, file ISO, file gambar Penerapan Sistem Windows, komponen BIOS, dan file ROM.

Untuk membuktikan data tersebut sah, Kernelware membagikan tangkapan layar skema teknis untuk tampilan Acer V206HQL, dokumen, definisi BIOS, dan dokumen rahasia.

Aktor jahat itu menekankan, mereka hanya akan menjual melalui perantara dan menerima cryptocurrency Monero, untuk memastikan transaksi tidak akan mudah dilacak.

Ini bukan kali pertama Acer mengalami insiden keamanan. Pada Maret 2021, pembuat komputer mengalami serangan ransomware di mana penjahat dunia maya meminta uang tebusan 50 juta dolar AS.

Tujuh bulan kemudian, sistem purna jualnya di India jug dibobol oleh kelompok peretasan, mengakibatkan lebih dari 60GB data dicuri.