Bagikan:

JAKARTA - Sebuah klaim mengejutkan muncul ketika sekelompok peretas mengumumkan berhasil membobol sistem komputer Kementerian Pertahanan Israel, bahkan merebut informasi yang diduga sensitif.

Menurut sumber keamanan yang dikonfirmasi oleh harian Israel, Hayom, serangan tersebut telah berhasil meretas sistem, meskipun belum dijelaskan apakah data yang dicuri tersebut mengandung informasi rahasia.

Klaim ini pertama kali muncul di platform Telegram, di mana kelompok peretas tersebut dengan tegas menyatakan bahwa mereka telah berhasil mengakses data dari sistem komputer Kementerian Pertahanan.

Sejumlah dokumen yang diduga berasal dari Kementerian Pertahanan berisi informasi terkait "komunikasi dan perintah," yang para peretas menawarkan untuk dijual dengan harga 50 bitcoin, setara dengan sekitar Rp 54,6 miliar.

Selain itu, dilaporkan bahwa peretas juga berhasil memperoleh data yang lebih luas, namun mereka hanya akan mempertimbangkan untuk menjualnya jika Israel setuju membebaskan 500 tahanan Palestina. Ini menambah dimensi politis pada insiden peretasan yang menegangkan ini.

Kementerian Pertahanan Israel belum memberikan komentar resmi terkait klaim ini, namun serangan siber semacam ini menimbulkan keprihatinan serius terkait keamanan nasional dan privasi data.

Israel, seperti negara lain di seluruh dunia, terus berjuang untuk memperkuat pertahanan siber mereka, menghadapi ancaman yang semakin kompleks dan terus berkembang dari para peretas yang beroperasi di dunia maya.