JAKARTA - Demi memastikan Kecerdasan Buatan (AI) anyarnya Bard, Google meminta semua karyawannya menghabiskan waktu dua hingga empat jam sehari untuk menguji chatbot mirip ChatGPT itu.
Dalam email perusahaan yang bocor, CEO Google Sundar Pichai ingin karyawannya memastikan Bard yang akan datang berfungsi sebaik mungkin.
Bard minggu lalu diluncurkan dalam upaya untuk mengalahkan Microsoft, yang memperkenalkan AI chatbot-nya sendiri ke dalam mesin pencarian Bing.
Namun, yang menjadi mengejutkan Bard menampilkan pernyataan yang salah tentang Teleskop Luar Angkasa James Webb, di mana chatbot itu menawarkan tiga poin sebagai jawabannya.
Itu termasuk menyatakan Teleskop Webb lah yang berhasil mengambil gambar pertama dari sebuah planet di luar Tata Surya. Padahal gambar pertama planet ekstrasurya sebenarnya diambil pada 2004 seperti yang dinyatakan NASA. Dengan kesalahan ini, menyebabkan perusahaan kehilangan 100 juta dolar AS dalam harga saham.
Lebih lanjut, Pichai juga mengatakan, meskipun sudah ada ribuan pekerja Google yang menguji Bard selama beberapa hari terakhir, dia menyatakan akan menghargai jika semua karyawannya berkontribusi lebih dalam untuk menguji chatbot tersebut.
"(Perusahaan) sering mencari masukan dari Googler untuk membantu membuat produk kami lebih baik," ungkap juru bicara Google dalam menanggapi email yang bocor itu kepada Gizmodo, dikutip Kamis, 16 Februari.
BACA JUGA:
Pichai tidak menjelaskan apakah dua hingga empat jam itu akan berlaku setiap hari atau dibagi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Tidak diketahui pasti apakah semua Googler (sebutan untuk karyawan Google) di seluruh dunia telah menerima permintaan yang sama. Sebab, perusahaan telah memecat 12.000 karyawannya secara globalnya.
Meski begitu, perusahaan induknya Alphabet, masih mempekerjakan lebih dari 170.000 orang di seluruh dunia. Dalam email itu juga diungkapkan, Google sudah memulai pengujian internal, yang disebut dogfooding.
Para penguji tersebut dilaporkan sedang menyelidiki masalah kualitas dan keamanan dengan AI pencarian, bersama dengan groundedness, yang mungkin terkait dengan apakah jawaban teks yang dihasilkan AI dibaca sebagai manusia.