JAKARTA - Pada tahun 2022, pasar aset kripto benar-benar bergetar ke segala arah. Kapitalisasi pasar kripto turun di bawah US$ 1 triliun, dan Bitcoin (BTC) turun 65%.Hal ini tentu membuat banyak investor khawatir akan masa depan pasar kripto ke depan.
Situs web data kripto, CoinKickoff, melaporkan Indonesia masuk dalam daftar negara yang memiliki tingkat stres terkait investasi kripto yang tinggi di kawasan Asia Tenggara.
Menurut riset bertajuk “Where Are People Most Stressed About the State of Crypto?” Indonesia masuk dalam daftar tiga besar negara yang punya tingkat stres tinggi terkait kripto untuk kawasan Asia Tenggara.
Alasannya karena 19,29% tweet tentang kripto yang berasal dari Indonesia mengandung sentimen stres. Singapura dan Malaysia menduduki posisi pertama dan kedua dengan masing-masing persentase 24,18% dan 20,89%.
Riset tersebut membuktikan volatilitas pasar kripto dan kurangnya edukasi investasi investor melakukan keputusan yang kurang tepat, sehingga biasanya berakhir dengan kinerja yang lebih buruk daripada yang dipikirkan sebelumnya.
“Edukasi akan menambah pengetahuan seseorang, sehingga lebih banyak wawasan terkait kripto. Ini dapat memberikan perspektif pasar yang lebih luas, sehingga mengidentifikasi berbagai opsi strategi investasi," kata Public Relations Tokocrypto, Bianda Ludwianto dalam pernyataannya.
BACA JUGA:
Edukasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan, karena kerumitan memasuki dunia kripto mungkin cukup menakutkan bagi pemula.
Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO), Teguh Kurniawan Harmanda, menambahkan edukasi kripto hadir dengan banyak manfaat. Ia menjelaskan kurangnya edukasi menjadi faktor penghambat adopsi kripto.
“Aset kripto bukan hanya tentang investasi, karena industri menumbuhkan permintaan akan talenta baru dengan pemahaman tentang blockchain dan kripto, serta keterampilan teknologi khusus. Tujuan utama kami adalah membangun komunitas investasi aset kripto yang besar dengan adopsi yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Ini semuanya dimulai dengan edukasi dan literasi,” ungkap Manda.