JAKARTA - Nelayan di peraian Selayar, Sulawei Selatan menemukan benda berbentuk roket yang bergerak di lautan. Belakangan diketahui benda tersebut merupakan Seaglider milik China. Lantas apa itu Seaglider dan diperuntukan untuk apa?
Dirangkum dari berbagai sumber, Seaglider merupakan alat diving Autonomous Underwater Vehicle (AUV) yang dirancang untuk bergerak di lautan dan mencakup jarak ribuan kilometer. Benda tersebut bisa digunakan untuk kepentingan militer dan penelitian.
Melansir laman Ocean Service, Seaglider bisa dikatakan sebagai drone air yang bisa bergerak tanpa awak. Alat ini umumnya digunakan untuk mengumpulkan data di lautan, maupun lokasi terpencil yang sulit dijangkau manusia.
Komponen internal Seaglider meliputi berbagai sensor untuk memantau suhu, salinitasi arus dan kondisi laut lainnya. Bentuknya yang seperti rudal juga memungkinkan alat ini melakukan perjalanan jarak jauh dalam jangka waktu lama, tanpa perbaikan.
BACA JUGA:
Dikembangkan Militer
Konsep awal Seaglider pertama kali diperkenalkan untuk kegiatan eksplorasi laut pada awal 1960-an. Fungsinya sebagai alat bantu bagi penyelam untuk bergerak di laut.
Pengoperasian mesin yang dapat meluncur bebas tanpa kontrol daya apung itu menarik perhatian DARPA, selaku badan riset militer Amerika Serikat (AS). Melalui Program SBIR DARPA mereka menyetujui pengembangan alat tersebut, mengingat proyek penelitian serupa juga sedang berlangsung di Uni Soviet.
Dalam proyek DARPA, mereka menerima proposal untuk mesin glider yang ditenagai oleh gradien suhu laut. Sehingga alat tersebut bisa tetap mengapung dan bergerak di laut, tanpa harus dioperasikan manusia.
Pada tahun 2003, tidak hanya glider bertenaga termal yang berfungsi (Slocum Thermal), Webb Research dan institusi lain telah memperkenalkan glider bertenaga baterai dengan durasi dan efisiensi jauh melebihi model sebelumnya.
University of Washington, dan iRobot menjadi yang pertama menerima lisensi eksklusif selama lima tahun untuk memproduksi Seaglider bagi konsumen di luar University of Washington pada Juni 2008.
Kemudian pada Mei 2013, Kongsberg Underwater Technology, Inc. mengumumkan proyek komersialisasi dengan University of Washington untuk mendapatkan hak eksklusif dalam memproduksi, memasarkan, dan melanjutkan pengembangan teknologi Seaglider.
Penggunaan Seaglider
Seperti yang telah dikemukakan di atas, Seaglider dapat melakukan penjelajahan dan eksplorasi laut tanpa bantuan manusia. Seaglider juga didesain untuk bisa beroperasi pada kedalaman hingga 1.000 meter. Perangkat ini biasa digunakan untuk keperluan survei dan data oseanografi.
Selain itu drone Seaglider bisa digunakan untuk riset dan organisasi penelitian. Seaglider juga bisa disesuaikan kebutuhan lain, termasuk digunakan Angkatan Laut atau lembaga pemerintah untuk misi pertahanan.
Tercatat Seaglider telah melakukan berbagai misi seperti, memantau dan mengumpulkan data selama insiden tumpahan minyak dari kilang Horizon Deepwater, pada Mei 2010; Angkatan Laut AS juga mengerahkan UAV berjenis seaglider untuk membantu misi antisubmarine warfare.