Gubernur Sulsel Protes Keras ke Kedubes China soal Drone Bawah Air di Selayar: Itu Mata-mata
Drone bawah laut diduga milik China yang ditemukan nelayan di Perairan Selayar Sulsel (DOK. IST)

Bagikan:

MAKASSAR - Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengajukan protes ke China lewat Kedutaan Besar atas penemuan drone bawah air diduga milik China. Drone bawah air ini ditemukan di perairan Kepulauan Selayar Sulsel.

Prof NA—sapaan Nurdin Abdullah—mengatakan Pemprov Sulsel telah berkoordinasi dengan Danlantamal VI terkait, penemuan UUV (unmanned underwater vehicle) atau drone tersebut di bagian laut Kabupaten Selayar, Minggu 20 Desember. Drone bawah air ini ditemukan nelayan.

"Sekarang itu kami sudah komplain nota diplomatik ke kedutaan besar China," kata Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah usai mengikuti rapat kerja pelaksanaan kegiatan anggaran 2021 dan evaluasi kegiatan 2020 di kantor Gubernur Sulsel Jalan Urip Sumoharjo, Senin, 4 Desember.

Penemuan drone yang diduga kuat milik China itu ditegaskan Gubernur Sulsel Prof NA harus mendapatkan perhatian serius. Prof NA mendugakeberadaan drone di perairan Selayar Sulsel itu merupakan aktivitas mata-mata sehingga patut diwaspadai.

"Itu mata-mata. Kami sudah berkoordinasi dengan Danlantamal, Angkatan Laut (terkait penemuan drone itu)," ujarnya.

Penemuan drone bawah laut diduga milik China yang ditemukan oleh nelayan asal Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Drone ini ditemukan nelayan yang sedang mencari ikan di perairan Selayar. Nelayan bernama Saeruddin (60) saat itu melaut mencari ikan pada Minggu, 20 Desember.

"Saya berangkat dari rumah itu sekitar jam 14.00 WITA. Karena sore saya dapat itu drone," kata Saeruddin (60), kata kepada wartawan, Senin, 4 Januari.

Drone bawah laut yang berbentuk seperti rudal itu ditemukan saat Saeruddin memancing dengan sampang perahu yang dia dayung di perairan Selayar. Benda itu memiliki berat sekitar 170 kilogram dan panjang sekitar 225 sentimeter (cm).

"Saya pakai sampan mendayung, cari ikan pakai tali mancing. Yang saya lihat pertama itu, dia punya antena, antenya saja yang dilihat, barang itu terapung, itu saya lihat," sambung dia.

Dia memutuskan membawa benda bersayap itu ke rumahnya di Desa Majapahit, Kecamatan Pasimarannu, Selayar. Sepekan tersimpan, benda tersebut dievakuasi ke Markas Komando Rayon Militer (Koramil) Pasimarannu pada Sabtu, 26 Desember. TNI memutuskan mengangkut drone tersebut dari rumah Saeruddin.

"Setelah itu saya kasih naik, bawah kepinggir pantai saya ikat dengan tali. Saya bawa dulu ke pinggir pantai kemudian saya panggil warga untuk bantu saya, angkat ke samping rumah,

Diangkat ke samping rumah, satu Minggu di samping rumah, ada anggota TNI dari sana yang ingin amankan," kata Saeruddin.

Diteliti Pushidrosal

Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono memberi waktu satu bulan untuk Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) meneliti drone laut atau belakangan diketahui sebagai seaglider yang ditemukan di perairan Selayar, Sulsel.

Menurutnya Pushidrosal bisa melakukan kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, seperti Kementerian BRIN hingga Kementerian Pertahanan untuk mengetahui asal seaglider tersebut hingga peruntukkan alat tersebut.

"Saya beri waktu satu bulan Pak Kapushidros untuk bisa menentukan atau membuka hasilnya biar ada kepastian," kata Yudo dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Pushidrosal, Ancol, Jakarta Utara, Senin, 4 Januari.

Dirinya mengaku belum bisa memastikan dari mana seaglider tersebut berasal. Apalagi, kata dia, dalam tubuh alat tersebut tak terdeteksi tulisan apa pun yang bisa menentukan negara pembuat atau negara asal peralatan bawah laut itu. 

"Jadi tidak ada tulisan apa pun di sini. Kita tidak reyakasa bahwa yang kita temukan seperti itu, masih persis seperti yang ditemukan nelayan tersebut kita bawa ke sini," tegasnya.

Meski belum mengetahui dari mana asal seaglider atau drone laut ini, namun pihaknya telah melaporkan temuan ini pada pihak Kementerian Luar Negeri untuk mengkomunikasikan temuan seaglider ke negara-negara yang memang diketahui mengoperasikan dan menggunakan alat tersebut. Hanya saja, sampai saat ini hasilnya masih nihil.

"Sampai saat ini juga tidak ada negara yang mengklaim ini punya siapa. Sehingga nanti akan kita laporkan melalui Kementerian Luar Negeri untuk penemuan ini," ungkapnya.

Yudo juga mengatakan pihak Indonesia memang belum melakukan komunikasi dengan negara-negara pembuat atau pengoperasi alat tersebut. Karena dia menilai, banyaknya publikasi dari media harusnya menyadarkan negara yang merasa memiliki alat yang ditemukan tengah mengapung di wilayah teritori Indonesia. "Saya yakin negara lain sudah tau itu punya siapa dan sebagainya, pasti sudah nyampe ke negara yang memiliki peralatan seperti ini," ujarnya.