Awalnya Protes Ada <i>Seaglider</i> di Selayar, Gubernur Sulsel Kini Tak Mau Asal Tuduh China
KASAL Laksamana Yudo Margono memaparkan temuan seaglider (Foto: TNI AL)

Bagikan:

MAKASSAR - Drone bawah air yang disebut seaglider di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, masih diselidiki. Seaglider ini punya fungsi merekam data yang digunakan untuk penelitian, industri dan pertahanan.

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah atau akrab disapa Prof NA sebelumnya mengaku dirinya protes keras terkait penemuan seaglider di perairan Selayar.

"Saya mau sampaikan, awalnya itu ditemukan oleh nelayan, terus diserahkan ke Angkatan Laut," kata Nurdin Abdullah dikutip dari keterangan Pemprov Sulsel, Selasa, 5 Januari.

Seaglider ini telah diserahkan ke Lantamal VI Makassar untuk dikaji dan diteliti. Prof NA mempertanyakan seaglider dan  pihak yang menempatkan di Selayar. Prof NA menerangkan seaglider jenis ini juga dapat digunakan untuk penelitian oceanografi atau ilmu tentang samudra atau lautan.

"Pertanyaannya, ini murni untuk penelitian atau tujuan-tujuan tertentu, ini juga belum kita tahu. Kedua, siapa yang menempatkan kita juga belum tahu, jadi kita tidak boleh menuduh dulu. Kita tunggu sampai kajian ini selesai," ujarnya.

Setelah diteliti dan dibandingkan, seaglider di perairan Selayar Sulsel ini disebut mirip dengan produk dari China.

"Ini ada kemiripan dengan produk China, tetapi kita belum bisa menuduh bahwa ini yang meletakkan China, kita belum tahu. Apakah orientasi penelitian dan sebagainya," kata Prof NA.

Sekarang, Nurdin Abdullah menegaskan Pemprov Sulsel terkait  belum melayangkan surat protes ke pihak mana pun.

"Tidak ada, bagaimana mau melayangkan surat sementara kita tidak tahu siapa yang meletakkan," tegas Nurdin Abdullah.

Prof NA Bicara Mata-mata

Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah kepada wartawan di Makassar sebelumnya mengatakan mengajukan protes ke China lewat Kedutaan Besar atas penemuan drone bawah air diduga milik China. Drone bawah air ini ditemukan di perairan Kepulauan Selayar Sulsel.

Prof NA mengatakan Pemprov Sulsel telah berkoordinasi dengan Danlantamal VI terkait, penemuan UUV (unmanned underwater vehicle) atau drone tersebut di bagian laut Kabupaten Selayar, Minggu 20 Desember. Drone bawah air ini ditemukan nelayan.

"Sekarang itu kami sudah komplain nota diplomatik ke kedutaan besar China," kata Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah usai mengikuti rapat kerja pelaksanaan kegiatan anggaran 2021 dan evaluasi kegiatan 2020 di kantor Gubernur Sulsel Jalan Urip Sumoharjo, Senin, 4 Desember.

Penemuan drone yang diduga kuat milik China itu ditegaskan Gubernur Sulsel Prof NA harus mendapatkan perhatian serius. Prof NA mendugakeberadaan drone di perairan Selayar Sulsel itu merupakan aktivitas mata-mata sehingga patut diwaspadai.

"Itu mata-mata. Kami sudah berkoordinasi dengan Danlantamal, Angkatan Laut (terkait penemuan drone itu)," ujarnya.

Penemuan drone bawah laut diduga milik China yang ditemukan oleh nelayan asal Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Drone ini ditemukan nelayan yang sedang mencari ikan di perairan Selayar. Nelayan bernama Saeruddin (60) saat itu melaut mencari ikan pada Minggu, 20 Desember.

"Saya berangkat dari rumah itu sekitar jam 14.00 WITA. Karena sore saya dapat itu drone," kata Saeruddin (60), kata kepada wartawan, Senin, 4 Januari.

Drone bawah laut yang berbentuk seperti rudal itu ditemukan saat Saeruddin memancing dengan sampang perahu yang dia dayung di perairan Selayar. Benda itu memiliki berat sekitar 170 kilogram dan panjang sekitar 225 sentimeter (cm).

"Saya pakai sampan mendayung, cari ikan pakai tali mancing. Yang saya lihat pertama itu, dia punya antena, antenya saja yang dilihat, barang itu terapung, itu saya lihat," sambung dia.

Dia memutuskan membawa benda bersayap itu ke rumahnya di Desa Majapahit, Kecamatan Pasimarannu, Selayar. Sepekan tersimpan, benda tersebut dievakuasi ke Markas Komando Rayon Militer (Koramil) Pasimarannu pada Sabtu, 26 Desember. TNI memutuskan mengangkut drone tersebut dari rumah Saeruddin.

"Setelah itu saya kasih naik, bawah kepinggir pantai saya ikat dengan tali. Saya bawa dulu ke pinggir pantai kemudian saya panggil warga untuk bantu saya, angkat ke samping rumah.

Diangkat ke samping rumah, satu Minggu di samping rumah, ada anggota TNI dari sana yang ingin amankan," kata Saeruddin.