JAKARTA - Pemerintah India pada Selasa, 24 Januari menguji sistem operasi seluler yang dikembangkan secara lokal, BharOS. Ini adalah sebuah langkah yang dianggap menantang dominasi Android dari Google hanya beberapa hari setelah raksasa AS itu mengalami kemunduran akibat gugatan antitrust besar-besaran di negara tersebut.
Pengesahan pemerintah atas sistem operasi tersebut muncul setelah Google kalah dalam pertarungannya di Mahkamah Agung India untuk memblokir perintah antimonopoli yang akan memaksa Google mengubah cara memasarkan sistem operasi Android-nya di negara itu.
"Jalan kita masih panjang, tetapi jika ini terjadi, monopoli oleh siapa pun akan hilang," kata Dharmendra Pradhan, Menteri Pengembangan Keterampilan dan Kewirausahaan India, pada acara pengujian BharOS di New Delhi, yang dikutip Reuters.
Perdana Menteri Narendra Modi juga telah mendorong kemandirian untuk meningkatkan dan mempromosikan segala sesuatu mulai dari manufaktur lokal hingga startup domestik.
Sistem operasi BharOS sendiri telah dikembangkan oleh startup yang diinkubasi di Institut Teknologi India di India selatan.
BACA JUGA:
Menurut perkiraan Counterpoint Research, India adalah pasar smartphone terbesar kedua di dunia, setelah China, di mana sekitar 97% dari 600 juta smartphone berjalan yang beredar di India memakai Android.
Komisi Persaingan India mengatakan Google mengeksploitasi posisi dominannya di Android dan mencari serangkaian perubahan dalam cara operasinya. Meski tuduhan itu sudah dibantah oleh Google.
Google telah diminta untuk menghapus batasan yang dikenakan pada pembuat perangkat, termasuk yang terkait dengan pra-pemasangan aplikasi.
Namun, memperingatkan arahan dapat menghentikan pertumbuhan ekosistem Android di India dan memaksa perusahaan untuk mengubah pengaturan dengan lebih dari 1.100 produsen perangkat terutama smartphone.