JAKARTA – Solana (SOL) telah mengalami perkembangan signifikan sejak pertama kali diluncurkan pada Maret 2020 lalu. Beberapa tahun sebelumnya, pendiri Solana, Anatoly Yakovenko sudah terlebih dulu merilis whitepaper Solana pada 2017.
Yakovenko sendiri memaparkan perluasan proyek Solana ke berbagai jaringan lain. Itu tercermin pada November lalu marketplace NFT Solana, Magic Eden, terintegrasi ke jaringan Polygon (MATIC). Ini adalah salah satu upaya perluasan proyek Solana ke jaringan lain.
Selain itu, Magic Eden juga beroperasi di jaringan Ethereum. Pada akhir bulan lalu, dompet kripto Solana, Phantom, telah menambahkan dukungan untuk Ethereum dan Polygon.
Beberapa hari lalu, proyek NFT terkemuka di jaringan Solana, DeGods dan y00ts turut mengumumkan rencana serupa yaitu menjembatani (bridging) jaringan Ethereum dan Polygon. Kedua proyek NFT tersebut akan mengimplementasikan rencana mereka pada tahun 2023 mendatang.
"Solana unicorn seperti Magic Eden, Phantom, [dan] DeGods akan menjadi multichain. Ini pahit untuk ditonton. Akan luar biasa bagi mereka untuk 100% fokus pada Solana. Tetapi [kenyataan] adalah bahwa proyek-proyek ini ingin menaklukkan dunia. Tapi begitu juga dengan komunitas Solana!” kata Yakovenko mengomentari migrasi jaringan kedua proyek NFT tersebut.
BACA JUGA:
Sekilas Tentang Solana
Melansir CoinMarketCap, Solana adalah proyek open source yang sangat fungsional yang memanfaatkan sifat tanpa izin teknologi blockchain untuk memberikan solusi keuangan terdesentralisasi (DeFi). Sementara ide dan pekerjaan awal proyek dimulai pada tahun 2017, Solana secara resmi diluncurkan pada Maret 2020 oleh Solana Foundation yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss.
Protokol Solana dirancang untuk memfasilitasi pembuatan aplikasi terdesentralisasi (DApp). Ini bertujuan untuk meningkatkan skalabilitas dengan memperkenalkan konsensus proof-of-history (PoH) yang dikombinasikan dengan konsensus proof-of-stake (PoS) yang mendasari blockchain. Faktor konsensus hibrida ini yang membuat Solana unik di antara berbagai altcoin lainnya.
Sosok terpenting di balik pengembangan Solana ini adalah Anatoly Yakovenko. Dia memulai karir profesionalnya di perusahaan semikonduktor multinasional, Qualcomm. Dalam waktu cepat, dia naik jabatan menjadi manajer insinyur staf senior pada 2015. Kemudian, dari Qualcomm dia mulai beralih ke Dropbox.
Pada 2017, Yakovenko mengajak rekannya di Qualcomm, Greg Fitzgerald untuk mengerjakan proyek yang nantinya menjadi Solana. Namun, sebelum itu keduanya terlebih dulu mendirikan Solana Labs, tim pengembang di balik cryptocurrency SOL. Pada 2020, Solana berhasil diluncurkan ke publik berbarengan dengan protokolnya.