JAKARTA - Home Assistant, platform otomatisasi rumah open-source yang berfokus pada privasi dan kontrol lokal. Home Assistant ini memungkinkan Anda untuk mengurus pekerjaan rumah secara otomatis hanya dengan satu kali klik.
Mungkin Home Assistant belum banyak digunakan di Indonesia, namun di negara lain di Eropa, Amerika, Korea atau Jepang, alat ini sangat populer dan banyak digunakan untuk rumah cerdas mereka.
Home Assistant dilengkapi dengan Artificial Intelligence (AI) untuk dapat merespon kebutuhan penggunanya. AI yang ada di alat ini bisa merespon dan mengatur berbagai alat yang sudah dihubungkan cukup dengan kata kata.
Next year will be all about voice for us 🗣️
It is our goal for 2023 to let you control Home Assistant in your own language.https://t.co/m2r3M1JHkM
— Home Assistant (@home_assistant) December 20, 2022
Beberapa waktu lalu, salah satu pendiri Home Assistant Paulus Schoutsen mengumumkan bahwa Home Assistant akan mendapatkan dukungan asisten suaranya sendiri.
"Target kami di tahun 2023 adalah mengizinkan pengguna mengontrol Asisten Rumah dalam bahasa mereka sendiri," kata Schoutsen dalam blognya.
Ia juga menambahkan bahwa proyek baru yang ditargetkan akan rilis tahun 2023 ini dapat melokalkan semua perintah suara yang mengontrol perangkat pintar tanpa perlu terhubung ke cloud yang dimiliki oleh asisten seperti Alexa, Siri, dan Google Assistant.
BACA JUGA:
Untuk membangun asisten suara sendiri, Nabu Casa, perusahaan cloud miliki Schoutsen membutuhkan seseorang yang berpengalaman, sehingga pengembang Michael Hansen diminta untuk memimpin proyek tersebut.
Melansir The Verge, Hansen adalah pencipta produk sumber terbuka lain bernama Rhasspy, asisten suara yang didukung oleh komunitasnya sendiri yang mengintegrasikan teknologi ke dalam solusi apa pun yang mereka coba buat.
Saat ini, interface pengguna untuk aplikasi Home Assistant sudah mendukung 62 bahasa, dan Schoutsen berharap komunitas dapat membantu menyiapkan semuanya dengan suara.