Bagikan:

JAKARTA - Bank terbesar di Rusia,  Sber atau yang sebelumnya dikenal sebagai Sberbank, mengumumkan edisi pertama dari aset keuangan digital (DFAs) yang didukung emas. Bank ini menganggap DFA sebagai “alternatif yang bagus” untuk investasi di tengah dedolarisasi.

Pada 26 Desember, Sber menerbitkan berita tentang edisi pertama DFA yang didukung emas. Penjual dan produsen logam yang terdiversifikasi, Solfer, menjadi investor pertama yang memperoleh aset yang diterbitkan.

DFA yang didukung emas mewakili hak moneter sertifikasi, yang harga dan volumenya bergantung pada harga emas.

Menurut dokumentasi yuridis penerbitan, bank akan menyediakan hingga 150.000 DFA untuk dibeli oleh calon investor. DFA akan tersedia untuk diperoleh hingga 30 Juli 2023. Dokumen tersebut menyebutkan “risiko tinggi” bagi investor, yang tertanam dalam aset semacam itu, termasuk “risiko tidak likuid”.

Wakil Ketua Pertama Dewan Eksekutif di Sber, Alexander Vedyakhin, mengklaim DFA semacam ini sebagai alternatif investasi tradisional di tengah dedolarisasi, yang disebabkan oleh sanksi keuangan internasional, yang dikenakan pada Rusia setelah invasi ke Ukraina.

“Kami berharap jumlah klien korporat di platform kami tumbuh pesat dan berencana untuk memperluas lini produk aset keuangan digital,” kata Vedyakhin, dikutip Cointelegraph.

Sementara undang-undang saat ini tentang DFA diberlakukan pada tahun 2020, pada Juli 2022 Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang menjadi undang-undang yang melarang aset keuangan digital sebagai metode pembayaran.

Pada Juni lalu, anak perusahaan dari bank milik negara Rusia lainnya, VTB Factoring, melaporkan kesepakatan besar pertamanya dengan aset keuangan digital. Sebagai bagian dari kesepakatan, anak perusahaan bank tersebut mengakuisisi kumpulan utang tokenized dari perusahaan teknik Metrowagonmash, yang dikeluarkan melalui platform fintech Lighthouse.

Sber telah menguji kesepakatan pertamanya yang melibatkan DFA akhir Juli, untuk mengeluarkan aset tiga bulan senilai 1 miliar rubel (Rp 226,3 miliar).