JAKARTA – Sejak keruntuhan FTX pada November lalu, kondisi market kripto terpukul sehingga menyeret penuruunan sebagian besar cryptocurrency. Baru-baru ini dilaporkan penarikan besar-besaran dalam mata uang kripto jenis stablecoin bernilai 4 miliar dolar AS (atau setara Rp62 triliun).
Penarikan tersebut dilakukan dari sejumlah bursa kripto terkemuka, salah satunya adalah Binance, yang merupakan rival FTX. Menurut laporan CNN, pada Selasa 15 Desember dana senilai 3 miliar dolar AS telah keluar dari bursa kripto Binance. Meski begitu tidak menutup kemungkinan penarikan juga terjadi di bursa kripto lain.
Sebagai informasi, stablecoin adalah mata uang kripto yang harganya dipatok ke nilai mata uang fiat. Oleh karena itu harganya lebih stabil dan tidak terdampak volatilitas market kripto pada umumnya. Stablecoin itu meliputi USDT, USDC, BUSD, DAI, dan lebih banyak lagi.
Belum lama ini CryptoSlate merilis laporan data terkait stablecoin senilai 4 miliar dolar AS telah keluar dari pertukaran kripto global dalam satu pekan terakhir. Itu artinya, volume perdagangan stablecoin telah berkurang menjadi 38 miliar dolar AS (setara Rp593,8 triliun).
Data yang dipaparkan analis CryptoSlate didasarkan pada data STBL, aset virtual yang mengumpulkan data dari semua stablecoin di jaringan Ethereum ERC20. Ini ditujukan untuk membuat metrik yang dapat mencerminkan saldo stablecoin di semua bursa kripto.
Lebih lanjut, STBL meliputi Binance USD (BUSD), Gemini Dollar (GUSD), HUSD (HUSD), DAI (DAI), Paxos Standard (USDP), Stasis Euro (EURS), SAI (SAI), Synthetix USD (sUSD), Tether (USDT), dan USD Coin (USDC). STBL mengumpulkan data stablecon dari perusahaan pertukaran kripto sejak 2018 lalu.
BACA JUGA:
Berdasarkan laporan tersebut, bursa mulai mengakumulasi stablecoin dengan peningkatan signifilak pada Januari 2021. Pertumbuhannya kurang lebih stabil sejak saat itu, kecuali beberapa penurunan selama akhir 2021 dan 2022.
Grafik juga menunjukkan penarikan yang terlihat tercatat selama seminggu terakhir. Pengguna bursa membeli stablecoin senilai sekitar $4 miliar dan menghapusnya dari portofolio bursa.
Di pasar kripto terdapat banyak stablecoin yang beredar sebagaimana disebutkan di atas. Meski demikian, hanya ada satu stablecoin yang memiliki volume perdagangan dan kapitalisasi pasar tertinggi, yaitu USDT.
Stablecoin keluaran Tether ini memiliki market cap senilai 66 miliar dolar AS (Rp1 kuadriliun lebih). USDT juga memiliki volume perdagangan yang lebih tinggi dibanding stablecoin lain yakni senilai 23 miliar dolar AS (setara Rp367 triliun).
Kemudian, di posisi kedua ada Circle USDC dengan kapitalisasi pasar sebesar 45 miliar dolar AS (setara Rp704 triliun). Sementara volume perdagangan USDC berada di kisaran 2,4 miliar dolar AS (Rp36 triliun).
Hasil dari analisis juga mengungkapkan data peningkatan saldo USDT sebesar dua kali lipat sejak September 2022. Ini membuat USDT tembus 17,7 miliar dolar AS, peningkatan yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya pada September 2021 yang berada di bawah 8 miliar dolar AS.
Peningkatan ini cukup mencengangkan bagi para analis karena USDT mulai dirilis pada awal 2019. Namun, hanya dalam satu tahun telah mengalami pertumbuhan yang tinggi sejak 2021 hingga 2022. Di sisi lain, peningkatan juga terjadi pada stablecoin pesaingnya, USDC pada awal tahun 2022. Saat itu pangsa pasar USDC tembus 7 mliar dolar AS. Tapi sayangnya, pada September 2022, pangsa pasarnya anjlok menjadi 2,1 miliar dolar AS.