JAKARTA – Panasnya situasi Geopolitik seperti invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan serangan keamanan siber yang lebih merusak dan meluas pada tahun ini, hingga Juli. Hal ini ditegaskan oleh badan keamanan siber Uni Eropa, ENISA, dalam laporan tahunannya pada Kamis, 3 November.
Studi ENISA memunculkan kekhawatiran tentang peran aktor negara dan meningkatnya berbagai ancaman terhadap pemerintah, perusahaan, dan sektor penting seperti energi, transportasi, perbankan, dan infrastruktur digital.
Badan tersebut mengatakan situasi geopolitik, khususnya invasi Rusia ke Ukraina, adalah pengubah permainan selama periode yang ditinjau.
Menurut laporan ENISA eksploitasi zero-day di mana peretas mengeksploitasi kerentanan perangkat lunak sebelum pengembang memiliki kesempatan untuk memperbaiki kekurangannya, serta disinformasi dan deepfake yang diaktifkan kecerdasan buatan, telah menghasilkan serangan yang lebih berbahaya dan meluas dengan dampak yang lebih merusak.
BACA JUGA:
"Konteks global saat ini tak terhindarkan mendorong perubahan besar dalam lanskap ancaman keamanan siber. Paradigma baru dibentuk oleh semakin banyaknya pelaku ancaman," kata Direktur Eksekutif ENISA, Juhan Lepassaar, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
Laporan itu juga menjelaskan bahwa sekitar 24% dari serangan keamanan siber menargetkan administrasi publik dan pemerintah sementara 13% menargetkan penyedia layanan digital.
Uni Eropa pada Mei lalu sudah menyetujui aturan keamanan siber yang lebih ketat untuk sektor-sektor penting, karena perusahaan diharuskan untuk menilai risiko mereka, memberi tahu pihak berwenang dan mengambil langkah-langkah untuk menangani risiko atau menghadapi denda hingga 2% dari omset global.