JAKARTA – Pihak Gedung Putih saat ini sedang melakukan pembicaraan dengan miliarder Elon Musk tentang pengaturan layanan internet satelit dari SpaceX, Starlink di Iran.
Dikutip dari laporan CNN Jumat, 21 Oktober, kesepakatan itu akan memungkinkan warga Iran untuk menggunakan jaringan internet Starlink, tanpa restu dari pemerintah setempat.
Layanan broadband berbasis satelit dapat membantu warga Iran menghindari pembatasan yang dilakukan oleh rezim Iran dalam mengakses internet dan platform media sosial tertentu.
Republik Islam Iran dalam beberapa pekan terakhir telah dilanda protes besar-besaran, yang terjadi setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi bulan lalu.
Departemen Keuangan AS bulan lalu mengatakan bahwa beberapa peralatan internet satelit Starlink dapat diekspor ke Iran. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mungkin tidak memerlukan lisensi untuk menyediakan layanan broadband satelit di Iran.
BACA JUGA:
Musk kemudian mengatakan dia akan mengaktifkan Starlink sebagai tanggapan atas tweet Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, bahwa Amerika Serikat mengambil tindakan untuk memajukan kebebasan internet dan arus informasi yang bebas ke Iran.
SpaceX dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang laporan tersebut.
Musk mengatakan pada Selasa, 18 Oktober bahwa Starlink belum menerima dana apa pun dari Departemen Pertahanan AS untuk layanan internetnya di Ukraina. Ia juga menambahkan bahwa perusahaannya kehilangan sekitar 20 juta dolar AS per bulan karena layanan yang belum dibayar dan biaya untuk langkah-langkah keamanan untuk pertahanan perang siber.
SpaceX mentargetkan untuk mengembangkan Starlink, karena bersaing dengan perusahaan komunikasi satelit saingan seperti OneWeb dan Amazon.com Inc yang belum resmi meluncurkan Project Kuiper.