Bagikan:

ENDE- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memberikan pelatihan literasi digital pada sejumlah guru di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

"Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi digital pada guru," ujar Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo, Bonifasius Wahyu Pudjianto, dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Antara, di Jakarta, Sabtu, 15 Oktober.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00.

Dalam merespon hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Ende, Supriyanto, mengatakan semakin maraknya kejahatan siber dan hoaks adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan internet tanpa memahami etika penggunaannya.

“Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital, " kata Supriyanto.

Seorang pemengaruh di NTT, Indriastuty, mengatakan kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di dalam masyarakat. Hal itu membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu.

Terdapat enam cara menangkal hoaks di masyarakat yakni mewaspadai judul berita yang provokatif, mencermati situs berita yang dibaca, cek keaslian foto atau video yang tersebar, saring sebelum sharing, ikuti situs antihoaks, dan jangan berhenti menyebarkan informasi mengenai cara menangkal hoaks.

Pegiat literasi digital, Indriyatno Banyumurti, mengatakan masih banyak masyarakat Indonesia yang masih belum siap dalam menghadapi era digital, terutama dalam hal etika.

"Sebanyak 210 juta orang Indonesia telah terkoneksi dengan internet dan sepertiga dari hidup orang Indonesia ada di dunia digital. Tapi, ternyata masyarakat Indonesia masih menempati peringkat terbawah, sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia Tenggara, " kata Indriyatno.