Penelitian Tunjukkan, Sepasang Mata di Kendaraan Self Driving Membuat Pejalan Kaki Mereka Lebih Aman

JAKARTA – Baru-baru ini sebuah studi menunjukkan jika sepasang mata komik googly di bagian depan mobil self-driving dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas.

Ini terbukti, saat para peneliti di Jepang memasang kereta golf dengan dua mata robot besar yang dikendalikan dari jarak jauh, yang terlihat seperti karakter TV anak-anak 'Brum'.

Dalam percobaan  realitas virtual (VR), mereka menemukan pejalan kaki mampu membuat 'pilihan yang lebih aman atau lebih efisien' ketika mata dipasang daripada ketika tidak dipasang.

Menurut para peneliti, pejalan kaki umumnya suka jika melihat para pengemudi kendaraan mengetahui bahwa mereka telah mengetahui dan menyadari kehadiran mereka.

Tapi di masa depan, di mana mobil self-driving adalah hal biasa, pejalan kaki tidak akan bisa melakukan ini karena kursi pengemudi akan kosong.

Oleh karena itu, mengawasi mobil yang mengemudi sendiri dapat membantu pejalan kaki menilai apakah mereka tidak boleh menyeberang jalan, dan pada gilirannya menghindari potensi kecelakaan lalu lintas.

"Tidak ada cukup penyelidikan tentang interaksi antara mobil yang bisa mengemudi sendiri dan orang-orang di sekitarnya, seperti pejalan kaki," kata penulis studi Profesor Takeo Igarashi di Universitas Tokyo, seperti dikutip Daily Mail.

“Jadi, kami membutuhkan lebih banyak penyelidikan dan upaya dalam interaksi semacam itu untuk memberikan keamanan dan jaminan kepada masyarakat mengenai mobil yang dapat mengemudi sendiri,” tambahnya.

Jika ada mata pada mobil self-driving di masa depan, arah mata harus disinkronkan dengan sistem penglihatan mobil self-driving itu.

Dengan kata lain, jika pejalan kaki melihat mata memandang mereka, mereka akan tahu bahwa teknologi self-driving telah 'melihat' dan menyadari kehadiran mereka.

Mobil self-driving sering menggunakan kamera dan unit 'LiDAR' untuk penginderaan dalam mengenali dunia di sekitar mereka.

Untuk penelitian ini, Profesor Igarashi dan rekannya ingin menguji apakah mengarahkan pandangan ke kendaraan akan memengaruhi perilaku berisiko, yang dalam hal ini, apakah orang masih akan menyeberang jalan di depan mobil golf yang bergerak saat terburu-buru.

Mobil golf itu sebenarnya tidak bisa dikendarai sendiri, melainkan dikemudikan oleh salah satu peneliti. Kaca depan ditutup untuk memberi kesan bahwa tidak ada pengemudi di dalamnya.

Terlebih lagi, tim memilih untuk melakukan eksperimen di VR, daripada kehidupan nyata, dengan dasar bahwa akan berbahaya jika meminta sukarelawan berjalan di depan kendaraan yang bergerak.

Secara keseluruhan, 18 peserta di Jepang, sembilan wanita dan sembilan pria yang berusia 18-49 tahun,  mengalami empat skenario dalam pengalaman VR. Dua saat kereta dipasangi mata, dan dua saat tidak.

Ketika kendaraan dilengkapi dengan mata robot, ia melihat pejalan kaki  dan mencatat keberadaan mereka atau menjauh  dan tidak mencatatnya.

Peserta mengalami skenario beberapa kali dalam urutan acak dan diberi waktu tiga detik setiap kali untuk memutuskan apakah mereka akan menyeberang jalan di depan mobil golf itu atau tidak.

Para peneliti mencatat pilihan mereka dan mengukur 'tingkat kesalahan' dari keputusan mereka jadi seberapa sering mereka memilih untuk berhenti ketika mereka bisa menyeberang dan seberapa sering mereka menyeberang ketika mereka seharusnya menunggu.

Secara keseluruhan, peserta dapat membuat pilihan yang lebih aman atau lebih efisien ketika mata dipasang di mobil golf, meskipun ada perbedaan gender dalam hasilnya.

Peserta laki-laki membuat banyak keputusan penyeberangan jalan yang berbahaya (seperti memilih untuk menyeberang ketika mobil tidak berhenti, tetapi kesalahan ini dikurangi dengan tatapan mata kereta.

Namun, tidak banyak perbedaan dalam situasi aman bagi pria, seperti memilih menyeberang saat mobil akan berhenti.

Di sisi lain, peserta wanita membuat keputusan yang lebih tidak efisien, seperti memilih untuk tidak menyeberang ketika mobil akan berhenti, tetapi kesalahan ini juga dikurangi dengan tatapan mata mobil golf.

Namun, tidak banyak perbedaan dalam situasi tidak aman bagi perempuan, seperti memilih menyeberang saat mobil tidak berhenti.

"Hasilnya menunjukkan perbedaan yang jelas antara jenis kelamin, yang sangat mengejutkan dan tidak terduga," kata penulis studi Chia-Ming Chang.

“Sementara faktor lain seperti usia dan latar belakang mungkin juga mempengaruhi reaksi peserta, kami percaya ini adalah poin penting, karena ini menunjukkan bahwa pengguna jalan yang berbeda mungkin memiliki perilaku dan kebutuhan yang berbeda, yang memerlukan cara komunikasi yang berbeda dalam mengemudi mandiri di masa depan.”

Adapun bagaimana mata membuat peserta merasa, bahkan beberapa menganggapnya lucu, sementara yang lain melihatnya menyeramkan atau menakutkan.

Bagi banyak peserta, ketika mata memandang ke arah lain, mereka melaporkan perasaan bahwa situasinya lebih berbahaya, dan ketika mata memandang mereka, yang lain mengatakan bahwa mereka merasa lebih aman.