Meski Tutup Bisnis di Rusia, Ericsson Masih Ekspor Aplikasi untuk Kebutuhan Warga Sipil
Ericsson masih berbisnis di Rusia. (foto: twitter @ericsson)

Bagikan:

JAKARTA – Perusahaan telekomunikasi asal Swedia, Ericsson, menyatakan pada Jumat, 23 September  bahwa pihaknya hanya menyediakan perangkat lunak dan dukungan teknis untuk klien di Rusia. Mereka belum menjual peralatan telekomunikasi apa pun kepada operator seluler di sana sejak perang Ukraina dimulai. Meski demikian media Swedia melaporkan bahwa perusahaan tersebut sudah melanjutkan ekspornya ke Rusia.

Ericsson menangguhkan bisnisnya di Rusia pada April lalu. Mereka mengatakan pada bulan Agustus bahwa mereka akan keluar dari negara itu dalam beberapa bulan mendatang. Ini memerlukan biaya 900 juta crown Swedia (Rp 1,2 triliun) dan membuat 400 karyawan diberhentikan di negara itu saat operasinya berhenti.

"Sesuai dengan sanksi kami menyediakan perangkat lunak dan bantuan teknis untuk produk-produk yang telah kami kirimkan sebelum invasi sehingga memungkinkan untuk ditarik sambil memenuhi kewajiban kontrak," kata seorang juru bicara Ericsson, seperti dikutip Reuters.

"Ketika sanksi diumumkan, kami menghentikan pengiriman ke pelanggan di Rusia," katanya.

Rivalnya, Nokia, yang juga telah mengumumkan rencana untuk keluar dari Rusia sebelum akhir tahun, mengatakan pihaknya membatasi pemeliharaan jaringan penting untuk memenuhi kewajiban kontrak dan kemanusiaannya.

Sveriges Radio Ekot melaporkan bahwa Ericsson telah mengajukan 12 izin untuk pembebasan sanksi dari Inspektorat Produk Strategis Swedia namun hanya diberikan tujuh izin.

Daftar sanksi oleh otoritas Swedia saat ini termasuk perangkat lunak dan teknologi yang terkait dengan telekomunikasi.

Outlet media juga mengatakan produk-produk yang mendapat izin ekspor Ericsson ke Rusia dapat digunakan untuk kepentingan militer. Namun Ericsson mengatakan produknya dirancang untuk penggunaan sipil, bukan militer.

Otoritas Swedia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pengecualian terkait dengan penggunaan teknologi sipil dan pengguna akhir sipil.

Dua analis mengatakan laporan Rusia tidak akan terlihat bagus untuk Ericsson yang menghadapi skandal pada Februari tentang pembayaran kepada kelompok militan Negara Islam di Irak, yang memicu penyelidikan oleh berbagai lembaga AS dan mengikis lebih dari sepertiga dari nilai pasarnya.

"Ericsson belum melanggar sanksi apa pun karena telah memperoleh persetujuan ... tetapi itu masih sangat kontras dengan pernyataan dalam laporan Q2 mereka di mana mereka mengumumkan penangguhan 'semua pengiriman ke pelanggan di Rusia'," kata Jyske Bank analis Anders Haulund Vollesen.

"Meskipun telepon seluler untuk penggunaan sipil, lisensi ekspor diperlukan terutama karena teknologi enkripsi canggih yang tertanam dalam produk kami, dan ini berlaku untuk semua negara," kata juru bicara Ericsson.