Bukan Karena Pandemi COVID Apple Luncurkan <i>Lockdown Mode</i>, Tapi Ini Penyebabnya!
Apple luncurkan fitur Lockdown Mode. (foto: dok pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Apple Inc pada Rabu, 6 Juli  mengatakan pihaknya berencana untuk merilis fitur baru yang disebut "Mode Penguncian" (Lockdown Mode ) musim gugur ini. Fitur baru ini bertujuan untuk menambah lapisan perlindungan baru bagi para pembela hak asasi manusia, pembangkang politik dan target lain dari serangan peretasan yang canggih.

Langkah ini dilakukan setelah setidaknya dua perusahaan Israel telah mengeksploitasi kelemahan dalam perangkat lunak Apple untuk membobol iPhone dari jarak jauh tanpa target perlu mengklik atau mengetuk apa pun.

NSO Group, pembuat perangkat lunak "Pegasus" yang dapat melakukan serangan semacam itu, telah dituntut oleh Apple dan dimasukkan dalam daftar hitam perdagangan oleh pejabat AS.

"Mode Penguncian" akan muncul ke iPhone, iPad, dan Mac Apple musim gugur ini dan jika pengguna menyalakannya maka akan memblokir sebagian besar lampiran yang dikirim ke aplikasi Pesan iPhone. Peneliti keamanan Apple percaya NSO Group dapat mengeksploitasi kelemahan dalam cara Apple menangani lampiran pesan. Mode baru juga akan memblokir koneksi kabel ke iPhone saat terkunci.

Perwakilan Apple di Israel mengatakan bahwa mereka percaya serangan canggih yang dirancang untuk melawan fitur baru, yang disebut teknik peretasan "zero click", masih relatif jarang dan sebagian besar pengguna tidak perlu mengaktifkan mode baru ini.

NSO Group, sebagai perusahaan spyware, berpendapat mereka menjual teknologi tinggi tersebut untuk membantu pemerintah menggagalkan ancaman keamanan nasional. Tetapi kelompok hak asasi manusia dan jurnalis telah berulang kali mendokumentasikan penggunaan spyware untuk menyerang masyarakat sipil, melemahkan oposisi politik, dan mengganggu pemilihan umum.

Untuk membantu memperkuat fitur baru, Apple mengatakan akan membayar hingga 2 juta dolar AS (Rp 29,9 miliar ) untuk setiap cacat yang dapat ditemukan peneliti keamanan dalam mode baru, yang menurut perwakilan Apple adalah "hadiah bug" tertinggi yang ditawarkan di industri.

Apple juga mengatakan akan memberikan hibah 10 juta dolar AS (Rp 145 miliar), ditambah kemungkinan hasil dari gugatannya terhadap NSO Group, kepada kelompok yang menemukan, mengekspos, dan bekerja untuk mencegah peretasan yang ditargetkan.

Apple mengatakan hibah tersebut akan diberikan ke Dignity and Justice Fund yang didirikan oleh Ford Foundation, salah satu yayasan swasta terbesar di Amerika Serikat.