JAKARTA - Pemimpin oposisi Rusia yang dipenjara Alexei Navalny memprotes Google dan Meta Platforms Inc pada Kamis, 9 Juni karena menutup layanan iklan di Rusia. Ia menyebut langkah tersebut telah melemahkan pihak oposisi dan dengan demikian merupakan hadiah bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Navalny, sejauh ini menjadi pemimpin oposisi paling menonjol Rusia. Ia berani menyebut Rusia di bawah Putin sebagai negara dystopian yang dijalankan oleh pencuri dan penjahat di mana yang salah dianggap benar dan hakim sebenarnya adalah perwakilan dari negara tanpa hukum yang hancur.
Dalam pidato tertulis di KTT Demokrasi Kopenhagen, Navalny, yang saat ini berada di penjara Rusia, mengatakan bahwa teknologi digunakan oleh negara untuk menangkap para pembangkang tetapi juga memberikan kesempatan untuk mendapatkan kebenaran.
"Internet memberi kita kemampuan untuk menghindari penyensoran," kata Navalny dalam pidatonya, yang salinannya diposting di blog resminya.
"Namun, pada saat yang sama, Google dan Meta, dengan menutup iklan mereka di Rusia, telah merampas kesempatan oposisi untuk melakukan kampanye anti-perang, memberikan hadiah besar kepada Putin," ujarnya seperti dikutip Reuters.
Baik Google maupun Meta tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Navalny ini. Kedua perusahaan menghentikan iklan yang menargetkan pengguna di Rusia pada bulan Maret, hanya beberapa hari setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Navalny mendapat kekaguman dari oposisi Rusia yang berbeda karena secara sukarela kembali ke Rusia pada tahun 2021 dari Jerman, di mana ia telah menjalani perawatan untuk apa yang ditunjukkan oleh tes laboratorium Barat sebagai upaya untuk meracuninya dengan agen gas saraf di Siberia.
Kremlin telah berulang kali menolak klaim Navalny tentang Putin, yang dikatakan telah memenangkan banyak pemilihan di Rusia sejak tahun 2000 dan sejauh ini tetap menjadi politisi paling populer di negara itu. Ini telah menepis pernyataan Navalny bahwa Rusia meracuninya.
BACA JUGA:
Navalny, mantan pengacara yang menjadi terkenal lebih dari satu dekade lalu dengan mencerca elit Putin dan menyuarakan tuduhan korupsi dalam skala besar, mengatakan para raksasa Silicon Valley saat ini memiliki banyak pertanyaan untuk dijawab.
Mereka harus memutuskan, apakah mereka benar-benar "platform netral" atau tidak dan apakah pengguna di negara demokrasi harus beroperasi di bawah aturan yang sama seperti yang ada di masyarakat yang represif.
"Bagaimana seharusnya internet memperlakukan arahan pemerintah, mengingat Norwegia dan Uganda tampaknya memiliki gagasan yang sedikit berbeda tentang peran internet dan demokrasi?" ungkap Navalny..
"Kami menyukai teknologi. Kami menyukai jejaring sosial. Kami ingin hidup dalam masyarakat informasi yang bebas. Jadi, mari kita cari tahu bagaimana mencegah orang jahat menggunakan masyarakat informasi untuk membawa negara mereka dan kita semua ke zaman kegelapan," tambahnya.