JAKARTA - Berbagai dampak timbul setelah invasi Rusia ke Ukraina kemarin, salah satunya menjadikan hubungan Amerika Serikat (AS) dan Rusia tegang. Memicu kekhawatiran tentang kemitraan lama kedua negara menyoal luar angkasa.
Namun, sepertinya konflik ini tak berpengaruh pada bidang antariksa. Pasalnya, baik NASA maupun Rusia mengatakan mereka masih bekerja sama untuk menjaga Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) tetap beroperasi, seperti yang telah mereka lakukan juga selama gejolak internasional di masa lalu.
NASA dan perusahaan luar angkasa negara Rusia, Roscosmos, bersama-sama mengoperasikan ISS, yang telah menjadi tujuan utama bagi para astronot yang berasal dari Amerika, Rusia, dan negara-negara lain di seluruh dunia.
Keduanya memiliki hubungan erat di bidang antariksa, Roscosmos dan NASA telah bekerja sama di ISS selama hampir tiga dekade hingga sekarang, tetapi kemitraan AS-Rusia berjalan lebih jauh dari itu.
Seperti mengoperasikan bekas stasiun luar angkasa Mir Rusia, bertukar kursi di Pesawat Ulang-alik NASA dan roket Soyuz Rusia, bahkan bekerja sama selama era Apollo dalam proyek uji Apollo-Soyuz.
Komunikasi yang konsisten antara kedua organisasi sangat penting untuk keselamatan kru ISS, bahkan ketika ketegangan berkobar. Saat ini, tujuh orang tinggal di ISS, termasuk empat astronot NASA dan dua kosmonot Rusia. NASA menyatakan bahwa tidak ada yang berubah mengenai jadwal ISS.
“NASA terus bekerja dengan State Space Corporation Roscosmos (Roscosmos) dan mitra internasional kami lainnya di Canada, Eropa, dan Jepang untuk mempertahankan operasi ISS yang aman dan berkelanjutan. NASA dan mitra internasionalnya telah mempertahankan kehadiran manusia yang berkelanjutan dan produktif di ISS selama lebih dari 21 tahun," ungkap Juru Bicara NASA, Josh Finch seperti dikutip dari The Verge, Jumat, 25 Februari.
Tentu ini bukan pertama kalinya Rusia dan AS bentrok di lapangan, tetapi mereka masih terus bekerja sama di luar angkasa. NASA dan Roscosmos terus bekerja sama di ISS selama invasi Krimea pada 2014 dan bahkan setelah Rusia meledakkan satelitnya sendiri, menciptakan puing-puing yang mengancam ISS.
BACA JUGA:
Pada saat invasi Krimea, NASA mengirimkan memo kepada karyawan yang memberi tahu mereka untuk menangguhkan kontak dengan perwakilan pemerintah Rusia.
Perjalanan ke Rusia ditangguhkan untuk pekerja NASA dan Dmitry Rogozin, seorang wakil perdana menteri pada 2014 yang sekarang memimpin Roscosmos, dikenai sanksi secara pribadi, mencegahnya memasuki AS.
NASA berada dalam posisi yang jauh lebih genting pada 2014 lalu. Badan antariksa itu baru saja mempensiunkan Pesawat Ulang-alik pada 2011, dan tanpa kendaraan itu, NASA tidak memiliki cara untuk mengirim orang ke luar angkasa.
Jadi, selama bertahun-tahun, NASA mengandalkan roket Soyuz Rusia untuk membawa astronotnya ke dan dari ISS. Badan tersebut tidak dapat sepenuhnya menjauhkan diri dari Rusia selama invasi Krimea karena sangat membutuhkan Roscosmos.